Ketika mimpimu belum tercapai, maka usahamu, istiqomahmu,
kesabaranmu diuji.
Hampir 4 bulan sudah aku resmi menjadi mahasiswi di sebuah
perguruan tinggi swasta, dengan jurusan fisioterapi. Kenapa harus fisioterapi?
Yah, karena aku memiliki sedikit basic di bidang tersebut, walaupun pada
dasarnya aku bertekad kuat untuk menjadi seorang dokter. Dari kegagalan aku
memasuki kedokteran dan jatuh ke dalam lembah fisioterapi, (*ehh) aku mulai
berfikir banyak hal yang membuatku semakin dewasa.
Terkadang apa yang kamu inginkan, tidak semua nya tercapai.
Ada hal yang terbaik bagimu, yang memang menurutmu itu tidak baik, tapi bagi
Sang Pemilik Jiwa itu adalah yang terbaik bagimu. Terkadang aku mengeluh dengan
keadaan yang aku miliki, atas usaha yang belum maksimal sehingga aku tidak bisa
meraih cita-citaku, dan segala sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana. Dan
disinilah keyakinanku diuji, seberapa besar usaha dan keyakinanku yang telah ku
kerahkan.
Namun, dari kegagalan yang ku alami banyak proses
pendewasaan yang membuatku harus mengerti. Aku berada di antara usaha dan
takdir, jika hukum newton mengatakan aksi=reaksi atau biasa di interpretasikan
usaha=hasil. Bagiku usaha=proses hasilnya merupakan bonus. Bagaikan menyerahkan
proposal, sebagai bentuk usaha mendapatkan dana kita akan mempromosiikan
proposal kita, diterima atau tidaknya proposal tersebut itu keputusan pihak
sponsor. Aku menyerahkan list mimpiku, berusaha melakukan yang terbaik agar
proposal mimpiku diterima, keputusan terwujud atau tidak mimpiku itu adalah hak
Allah.
4 bulan bukanlah waktu yang sebentar. Bagi aku yang awalnya
bertekad menjadi seorang dokter, dan mungkin hingga detik ini mimpiku masih
mengambang di depan keningku. Tapi, di tempat inilah aku belajar untuk
bersyukur, dengan bekal yang sudah aku dapatkan dari jenjang pendidikanku
sebelumnya. Bekal yang sungguh bermanfaat dan membuatku yakin untuk meraih masa
depanku, dengan jalan lain yang mungkin saja sebagai fisioterapis.
Aku berada di dalam kelas Fisioterapi S1 A, dengan 40 orang
mahasiswa dari berbagai daerah. Sudah bukan hal asing bagiku, karena semasa SMA
aku sudah mengenal perbedaan daerah. Aku di kelilingi teman-teman yang saling
mendukung, sama-sama mendukung untuk meraih mimpi, teman-teman yang antusias,
mau berbagi, dan rela aku buat repot dengan aku nebeng. Yah, aku memang tidak
diizinkan bawa kendaraan (motor), dengan banyak alasan. Sehingga mau tidak mau
sesekali bahkan berulang kali aku harus membuat repot teman-temanku.
Selain itu aku pun memiliki banyak keluarga baru lainnya.
Himpunan Mahasiswa Program studi (HMP) Fisioterapi, Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) FIK, dan LPM Ibnu Sina (Lembaga Pers), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan ORMAWA lainnya mereka merupakan keluargaku di
tempat ini.
Aku memulai langkah di tempat ini dengan suatu keputusan
berat, meninggalkan keluargaku, kenyamanan rumah yang sudah ku tinggalkan sejak
3 tahun lalu, dan memutuskan mimpiku sebagai dokter. Dan di tempat ini aku
memulai untuk merajut mimpi baruku. Aku akan berdiri sekokoh karang di lautan,
menghadapi hantaman ombak nan kuat.
Membawa jutaan kerlip bintang yang satu per satu akan ku berikan pada mereka
yang ku cinta.
Bagiku apa yang sudah aku berikan untuk Allah, keluargaku,
agamaku, teman-temanku, dan orang-orang di sekitarku?