Welcome to Cerita Sobrina

Thursday, November 18, 2010

persahabatan itu indah


Persahabatan  itu indah
By : SobrIna Fitriyah Ch

Suara riuh menghiasi kelas 10 D yang terletak di ujung koridor, memang kelas ini terkenal paling rebut dan anak-anaknya nakal. Berbeda dengan kelas 10 A yang tenang dan anak-anaknya  baik. Entah mengapa ada pemisahan antara murid yang pintar dengan yang kurang. Seperti biasa kelas 10 D ribut lagi, guru-guru sudah tidak mau masuk kelas karna sudah bosan menghadapi anak-anak itu. Dalam kelas itu ada satu anak yang hanya bisa terdiam karna hari ini ia tidak dapat belajar lagi. Dia adalah Rani, seorang siswi yang memiliki keterbatasan biaya sehingga ia tidak mendapat pengajaran secara lebih baik.
“ya Allah apakah ini nasib untuk anak yang tidak mampu seperti aku??” batin Rani
Ayah Rani hanya seorang pemulung, sedangkan ibunya hanya tukang cuci keliling. Ia memiliki 4 orang adik yang bersekolah di sekolah kolong jembatan. Karna keterbatasan ayahnya hanya mampu menyekolahkan Rani. Untungnya pihak sekolah bisa menerima Rani walaupun, ia harus masuk kelas 10 D yang lebih sering tidak ada guru. Tapi, Rani tidak hanya bergantung pada gurunya ia biasa belajar dengan membaca buku di perpustakaan.
“Rani bagaimana pelajaran hari ini??” ayahnya bertanya
“baik ayah, Alhamdulillah Rani bisa mengikuti” Rani berbohong
“kamu harus belajar dengan rajin biar kamu bisa sukses, jangan seperti ayah yang hanya menjadi buruh” pesan ayahnya
“”ia ayah Rani akan sungguh-sungguh” kata Rani
Rani bukanlah anak yang manja ia mengerti kondisi keluarganya, setelah pulang sekolah ia bertugas untuk mengurus adik-adiknya. Terkadang ia harus menggantikan pekerjaan ibunya jika ibu sedang sakit. Bukan berarti Rani tidak punya keingInan, tapi melihat kondisi ekonominya yang sangat kurang ia hanya bisa berandai-andai. Ia iri melihat teman-temannya yang berpakaian bagus dan bergaya bagai model, sedangkan ia?? Hanya memakai pakaian yang didapat ayahnya dari hasil memulung.Rani gemar menulis, ia sering menulis puisi dan cerita-cerita mengenai kehidupannya.
“ayah, ibu Rani sekolah dulu ya” Rani pamit pada kedua oang tuanya
“hati-hati ya nak, jangan lupa belajar sungguh-sungguh” pesan ayah
“siiip deh ayah Rani pasti ingat pesan ayah” jawab Rani
Rani berangkat sekolah berjalan kaki, ia tidak dibekali uang jajan seperti teman-temannya.
“Rani !!! kamu mau bareng aku ga??” Silmi temannya mengajak berangkat bareng
“terima kasih sil tapi aku takut merepotkan” jawab Rani dengan sopan
“udah ga apa-apa kaya sama orang lain aja, nanti kamu telat loch” bujuk Silmi
Akhirnya karna dipaksa Rani menerima tawaran Silmi, Rani masuk ke dalam mobil Silmi dan berangkat ke sekolah bersama. Di dalam mobil terjadi percakapan antara dua sahabat itu.
“ran, kenapa kamu ga minta pindah kelas aja??? Kan kelas kamu jarang ada guru, pastinya kamu jadi ga bisa belajar” Tanya Silmi
“aku sih maunya kaya gitu, tapi ayahku ga sanggup membiayai aku. Udah bagus aku bisa sekolah dengan biaya ringan, walaupun jarang ada guru” kata Rani
“nanti aku bilang ke ayahku deh biar bantu kamu”
“ga perlu sil, walau aku ga mampu tapi aku ga mau ngeropotin orang lain” jawab Rani
Akhirnya mereka berdua sampai di sekolah, terlihat banyak murid yang sudah berdatangan. Sekolah Rani adalah sekolah yang cukup bagus, makanya ga heran kalo rata-rata temannya berasal dari keluarga mampu.
“hai sil, udah dateng kamu ?? kok sekolah ngajak pembantu??” kata Ina sambil menunjuk Rani
“Ina kok kamu gitu sih!! Rani kan temen kita juga.” Kata Silmi
“hah!!! Temen??? Dia, si anak miskin itu temen aku?? Maksih deh” jawab Ina ketus
“udahlah sil, mungkin bener kata Ina. Aku emang ga pantes berteman sama kalian” Rani sedih
“gak, ran kamu dan yang lain itu sama, kamu temen aku kok” hibur Silmi
 “aku ke kelas duluan ya, aku harus belajar” Rani pergi meninggalkan Silmi dan Ina dengan perasaan sedih
Di kelas Rani membaca buku pelajaran yang dipinjam dari perpustakaan. Ia tidak mampu membeli buku, jadi ia hanya bisa meminjam. Sepeti biasa Rani belajar sendiri, karna guru-guru enggan masuk kelas. Walaupun ia belajar sendiri, nilai Rani cukup tinggi bahkan  ia langganan menjadi  juara baik di kelas ataupun di sekolah. Tapi pihak sekolah tidak menghargai prestasi Rani. Karna kepandaiannya Silmi sering meminta Rani untuk menjadi guru pivatnya. Dengan senang hati Rani membantu sahabatnya untuk belajar.
Suatu hari ketika pulang sekolah ia melihat ibunya menangis.
“ibu kenapa menangis??” Tanya Rani
“adikmu keke sakit ran, panasnya tinggi dan ibu tidak punya uang” jawab ibu
“ya sudah kita bawa adik saja dulu, uang bisa dicari yang penting adik selamat”
Akhirnya setelah terjadi perdebatan antara Rani dan ibunya, mereka memutuskan untuk membawa keke ke puskesmas. Ternyata, pihak  puskesmas menyuruh ibu membawa keke ke rumah sakit karna puskesmas tidak bisa menangani keke. Keke dibawa ke rumah sakit, ternyata keke terkena demam berdarah dan tifus. Keke harus dirawat, Rani dan ibunya bingung karna biaya rumah sakit sangat mahal. Mereka tidak tau harus mencari uang kemana lagi. Karna itu Rani tidak sekolah untuk menggantikan pekerjaan ibunya sebagai tukang cuci. Sahabatnya Silmi mecari informasi mengenai Rani, dan setelah ia tau alasan Rani tidak masuk Silmi segera menemui Rani.
“ran kamu jahat banget ga ngasih tau aku, aku kan bisa bantu kamu” kata Silmi ketika bertemu Rani
“maaf sil aku udah bilang kalo aku ga mau ngerepotin kamu, lagian kamu gap antes berteman dengan aku yang miskin” jawab Rani
“ran semua orang sama dimata Allah, bukan karna kaya atau miskin” jawab Silmi tegas
“maafkan aku Silmi, harusnya aku malu padamu karna kamu tidak menilai seseorang dari jabatan”
Akhirnya Silmi meminta ayahnya untuk membantu biaya pengobatan keke hingga sembuh. Keke pun sudah diizinkan pulang dari rumah sakit, Rani pun dapat bersekolah seperti biasa.
Suatu hari Ina yang memang tidak senang dengan persahabatan Silmi dan Rani, menghasut Silmi.
“sil, kamu tau ga ternyata Rani hanya memanfaatkan kebaikan kamu saja” hasut Ina
“maksud kamu apa?? Jangan suka menjelekan orang” kata Silmi
“Rani itu beteman supaya bisa dapat keuntungan dari kamu. Dia itu manfaatin harta kamu, aku denger sendiri dia bilang kalo dia ga perlu susah-susah kerja karna udah ada kamu gudang uang dia” kata Ina
“gak mungkin Rani kaya gitu, aku kenal dia. Dia bukan orang yang kaya kamu bilang”
“kamu lihat aja buktinya dia ga pernah main lagi kan sama kamu, sejak ayahmu membantu biaya adiknya” hasut Ina meyakinkan Silmi
Silmi terdiam memikirkan kata-kata Ina, memang benar Rani sudah tidak pernah bermain dengan Silmi bahkan jika Rani bertemu Silmi Rani pergi menjauh. Sebenarnya Rani diancam oleh Ina agar tidak dekat dengan Silmi, karna ia hanya membuat susah Silmi saja. Dan jika ia dekat dengan Silmi maka Ina akan mencelakai ibunya yang bekerja di rumah Ina, Rani takut dengan ancaman itu  makanya Rani menjauh dari Silmi. Suatu hari Silmi bertemu Rani dan menarik Rani untuk berbicara.
“ran kenapa kamu menjauh dari aku??” Tanya Silmi
“gak kenapa-napa” jawab Rani
“aku punya salah sama kamu???”
“gak ko,lebih baik kamu ga usah berteman sama aku, aku udah punya temen baru” jawab Rani
“jadi bener kata Ina kamu hanya manfaatin aku aja. Kamu temenan sama aku karna ada maunya, setelah kamu dapat semuanya kamu tinggalin aku!! Kamu jahat ran, aku kira kamu tulus berteman sama aku. Kalo aku tau dari dulu aku gak mau jadi temen kamu” Silmi menangis dan pergi
Dalam hati Rani menangis dan meminta maaf pada Silmi, ia ingin menjelaskan semuanya pada Silmi tapi ia takut ancaman Ina. Semuanya sudah berakhir, sejak saat itu Silmi tidak pernah mau bertemu dan ngobrol sama Rani. Silmi telah termakan hasutan Ina.
Suatu hari Rani mendapat kabar bahwa Silmi dirawat karna kecelakaan, dan dalam keadaan kritis. Rani dating ke rumah sakit, awalnya ia diusir oleh Ina yang ada disana tapi untungnya orang tua Silmi mengizinkan Rani melihat keadaan Silmi. Ternyata Silmi membutuhkan donor darah, tapi persediaan darah habis. Untungnya Rani memiliki golongan darah yang sama, oleh itu Rani mendonorkan darahnya untuk Silmi. Silmi pun berhasil melewati masa kritis, Rani yang masih lemah diusir pulang oleh Ina. Rani pun pulang dengan keadaan lemah.
Silmi sadar dan terbangun dari masa kritis, saat Silmi sudah sadar Ina berkata
“sil akhirnya kamu sadar, aku nungguin kamu disini dan aku ela mendonorkan darahku untuk kamu” Ina berbohong
“terima kasih Ina kamu memang teman yang baik, seandainya Rani tulus berteman denganku” jawab Silmi lemah
“udah dech kamu ga usah ngurusin si parasit itu” kata Ina
Dokter datang dan masuk ke kamar ubtuk memeriksa Silmi, Ina pun keluar dari ruangan.
“untung teman kamu mendonorkan darahnya sehingga kamu bisa selamat” kata dokter
“makasih dok, teman saya memang baik” jawab Silmi
“tapi saya bingung kenapa dia pergi meninggalkan rumah sakit, padahal dia masih sangat lemah” kata dokter
“loch dok itu tadi kan teman saya mendonorkan darahnya” kata Silmi bingung
“bukan dia orangnya,, justru saya sedang mencari teman kamu untuk memberi vitamin” kata dokter
Dari dokter Silmi pun tau bahwa yang mendonorkan darah untuknya adalah Rani bukan Ina. Silmi pun marah karna ia berbohong dan ternyata Ina juga yang telah mengusir Rani. Setelah sembuh Silmi mengunjungi Rani.
“ran terima kasih karna kamu telah menolong nyawaku” kata Silmi
“sama-sama sil, maaf aku tidak bermaksud memanfaatkan kamu” Rani pun menceritakan yang terjadi sebenarnya.
Silmi pun semakin tau bahwa Ina telah memfitnah Rani.
“sil aku memang tidak mampu, tapi aku tulus berteman dengan kamu. Tak ada niat sedikit pun untuk mencari keuntungan dari kamu, aku benar-benar ingin menjadi sahabat kamu” kata Rani
Mereka berdua pun berpelukan, mereka hanyut dalam tangisan bahagia. Akhirnya Silmi dan Rani menjadi sahabat sejati, mereka tidak pernah terhasut lagi oleh omongan orang lain. Sekarang ayah Rani bekerja di perusahaan ayahnya Silmi, dan ibu Rani diberi modal untuk membuka usaha, sedangkan Rani dibiayai sekolah bersama-sama dengan Silmi. Itulah akhir persahabatan Rani dan Silmi, persahabatan yang tidak pernah berakhir hingga mereka tua.

Monday, November 15, 2010

In my life
IMG_0610.jpg
Add caption
By : Sobrina Fitriyah Ch

Masa kecilku tergolong indah dan menyenangkan. Aku lahir pada hari Rabu,15 Maret 1995 di kota hujan (Bogor) dan diberi nama Sobrina Fitriyah Choirunnisa . Walaupun keluargaku pas dalam hal ekonomi tapi aku tetap merasakan kebahagiaan dan kasih sayang yang lebih dari orang tuaku. Ayahku seorang guru ngaji dan guru bahasa arab, muridnya dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa hingga polisi yang jabatannya tinggi, ckckck. Wajarlah buya (panggilan untuk ayah) adalah lulusan dari Pondok Madani Gontor di Ponorogo, jadi bukan hal yang aneh jika buya mahir berbahasa arab. Sedangkan ibuku seorang pegawai di perusahaan garment bagian administrasi. Orang tuaku dapat dibilang memanjakanku, apa yang ku mau mereka berusaha turuti. Saat kecil aku anak yang nakal, tapi nakal yang wajar. Sewaktu aku baru belajar jalan pengasuhku mba ni’  ke kamar mandi untuk wudhu, sedangkan keluargaku yang lain sholat berjamaah. Aku merangkak ke dapur dan saat itu juga aku menduduki panci  sop yang baru diangkat, tau kan apa yang terjadi selanjutnya???
Kenakalanku tidak hanya itu saja masih banyak lagi yang lain, aku terbilang tomboy tapi feminine juga. Akhirnya saat usiaku sudah cukup aku dimasukan ke TKIT Al-Ghozaly,  tapi bukan berarti ku udah ga nakal lagi loch. Ayahku dulu sering dakwah sampe ke Malaysia dan Singapura, jadi ku sering ditinggal. Pada tahun 1999 aku dapet temen baru, ibuku melahirkan anak perempuan namanya Nabila Laila Ramadhany. Ukkhhh lucunya dia, aku seneng karna ada yang nemenin ku. Waktu kecil nabila kaya orang cina, matanya sipit, gembil, dan putih. Eemm selain jadi guru ngaji dan bahasa arab buya jadi pegawai swasta di perusahaan otomotif, sampai sekarang buya masih setia di perusahaan itu.
Pada umurku yang ke 6 aku masuk SDIT Al-Ghozaly, wah sekarang aku udah mulai besar  walaupun masih suka nyedot ingus, iihhhh ternyata dulu aku jorok juga, hahaha. Pada Mei 2002 adikku lahir namanya M.Farhan Al-Ma’sum, wah ibuku susah sekali melahirkannya sampai harus operasi Caesar, ternyata itu smua karna bayinya lahir dengan berat 4,2 kg. Besarnya dia ketika aku lihat di tempat perawatan bayi, udah kaya daging gulung,hehehe jahatnya aku. Aku sayang sama adik-adikku, walau sering bertengkar.
Kebetulan dalam rumahku ada pagar kayu yang melintang di ruang nonton. Pagar itu dipasang biar kita ga nonton tv terus, jadi pada suatu malam aku panjat pagar itu untuk nyalain tombol power dan ngambil remote setelah nyalain power satu tanganku megang remote dan aku manjat lagi keluar pager tiba-tiba, gubbrraakkk aku jatuh tersungkur ke lantai darah bercucuran dari daguku. Ayahku sedang tidak ada, hanya ibu dan omku, setelah diperiksa om ternyata daguku robek, ibu panic aku pun dibawa ke klinik deket rumah tapi, klinik itu udah tutup. Akhirnya, aku dibawa ke umah sakit, daguku dijahit 10 jahitan. Hmmm bener-bener nakal ya aku???
Pada suatu hari nenek dan kakek datang dari Palembang, aku senang karna aku termasuk manja sama kakekku. Selama beberapa minggu nenek dan kakek tinggal di umah,hingga akhirnya pada suatu malam  mereka minta diantar ke terminal untuk pulang ke Palembang. Ibuku menyarankan untuk pulang besok pagi karna waktu menunjukan pukul 9 malam,tapi mereka tidak mau. Akhirnya buya mengantar ke terminal, aku menangis pingin ikut ngantar ke terminal. Sebenarnya aku dilarang ikut karna sudah malam dan mulai gerimis,tapi karna aku nakal akhirnya aku ikut.
Sampai di terminal tetesan air mulai turun dari langit, buya menarikku agar berjalan cepat kanan kiri bis parker berdempetan, hingga menyisakan jalan yang kecil. Aku berjalan sambil melihat ke belakang, sedangkan ayahku menarikku untuk jalan lebih cepat. Ketika aku menoleh ke depan “bruukkkk” kepalaku menabrak  pintu belakang bis. Darah segar bercucuran dari dahiku, buya membawaku ke warung untuk membeli tisu dan air minum. Ternyata dahiku juga robek, karna kondisi buya sedang panik rumah sakit yang berada di dekat terminal tidak terpikirkan oleh buya. Buya membawa aku pulang ke rumah, ibu yang melihat keadaanku langsung mengajak buya ke rumah sakit, dan ternyata rumah sakit itu ada di dekat terminal. Waduuhh buya saking paniknya sampe ga kepikiran, untung anaknya ini ga ditelantarin. Jadilah aku dijahit 6 jahitan di rumah sakit itu. Wahh rasanya badanku udah kaya baju robek dijahit-jahit,,hahaha.
Aku punya temen dari aceh,namanya sakinah dan mursidah mereka kakak beradik. Mereka masuk ke sekolahku juga sakinah sekelas sama aku sedangkan mursidah lebih tua. Di tahun 2002 ku mendapat musibah, keluargaku diusir dari rumah yang aku tinggalin dan yang mengusir keluargaku adalah saudara sepupu ibuku. Aku yang masih polos menganggap kalo aku hanya pindah biasa bukan karna diusir, kejadian itu saat tiga hari sebelum lebaran. Bayangkan gimana perasaan orang tuaku, sedih bukan main. Aku tinggal di rumah tanteku, selama 2 minggu hingga akhirnya aku pindah rumah.
Di rumah itu aku tinggal selama 2 tahun, rumah itu sederhana tapi halamanya amat luas. Halaman rumahku terdapat pohon  alpukat, jambu, delima, dan banyak lagi. Kalo pohon lagi berbuah kadang aku membagikannya kepada tetangga. Sesuatu yang tidak terlupakan dalam memoiku.
 Hingga akhirnya pada tahun 01 januari 2005 aku pindah ke serpong tangerang. Aku melanjutkan sekolahku  di SDN Serpong 1, aku masuk kelas 4 semester 2 dan saat itu juga aku harus belajar untuk masuk kelas 5 unggulan. Alhamdulillah aku bisa masuk kelas 5A, di kelas itu persaingan terjadi, walau tidak menjadi juara tapi nilaiku cukup baik untuk melanjutkan ke kelas 6. Aku menjalani hari-hari seperti biasa hingga saatnya ujian nasional kelulusan SD, aku bisa lulus dengan nilai yang cukup baik.
Aku melanjutkan ke Mts.An-Najah di sekolah ini aku bertemu dengan teman-teman yang baik aku bersahabat dengan mereka dan aku punya nama persahabatan yaitu KALIMANTAN nama itu diambil dari awalan nama kami (kalma,lia,imut,ayu,nisa,puspita,alviah,nurmah). Bukan berarti  dalam  persahabatan kami semua lancar, tapi terkadang kami harus saling berdiam-diaman karna berbeda pendapat tapi, itulah ujian dalam persahabatan yang membuat kami makin kompak.
Kami saling mendukung contohnya ketika puspita lomba puisi di bandung kami mendukungnya, dan sebaliknya ketika aku olimpiade matematika di UNJ mereka member dukungan. Aku dan ayu terkadang ikut lomba bersama yaitu cerdas cermat di UIN dan MIPA di Al-Azhar, makanya aku dan ayu paling deket. Setiap tahun aku study tour ke berbagai tempat tahun pertama aku ke ITB,dan Waduk Jatiluhur. Tahun kedua sekolahku ke UI, dan Kebun Raya. Tahun terakhir aku ke UNS, candi Prambanan dan sekitar yogya. Dalam setiap kesempatan aku dan sahabatku berusaha untuk bersama.
Ujian nasional tiba aku bersungguh-sungguh karna ujian ini yang menentukan akhir perjuanganku selama 3 tahun. Mulai dari bimbel, try out aku lakukan setiap hari. Pada hari yang bersejarah yaitu ujian nasional aku menjawab soal dengan sangat teliti. Ketika pengumuman kelulusan aku tidak bisa merasakannya karna aku harus tes di MAN Insan Cendekia, aku harus bersaing dengan 4000 peserta untuk mendapatkan 240 tempat di sekolah tersebut. Sayangnya  yang aku tidak mendapat kesempatan itu, dan aku harus menerima keputusan orang tuaku untuk pesantren, dengan berat hati aku harus terima karna aku yakin mereka telah memilih yang terbaik.
Setelah perpisahan aku berpencar dengan sahabat-sahabat. Aku masuk SMAIT Insantama di Bogor, di sekolah itu juga aku pesantren. Aku adalah angkatan pertama SMA itu, kebetulan ada beberapa guru-guruku yang penah menjadi murid belajar bahasa arab buya. Ternyata semua ga kaya yang aku bayangkan, justru aku senang di sekolah yang baru disana ada dua kelas yaitu kelas akhwat(perempuan) dan ikhwan (laki-laki). Model sekolahku kaya sekolah alam aku biasa belajar dengan bebas kalo di kelas ngantuk kita semua belajar di halaman luar.  
IMG11.jpg

Pada bulan oktober aku dan angkatanku mengadakan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) uniknya pesertanya adalah semua siswa-siswi SMA. Dalam  LDK itu kami semua harus mencari dana sebanyak 20 juta selama 10 hari, bayangkan!!!! Selain itu dalam LDK kami harus berjalan kaki dari Bogor – Cianjur. Waduucchhh jauhh banget,, waktu dibayangkan pasti sangat cape tapi ternyata setelah dijalani sangat menyenangkan. Kami juga diliput oleh media, kaya artis ya, hehehehe… banyak pelajaran yang ku dapat dari LDK itu, kami berhasil mendapat 20 juta karna kerja keras kami sendiri. Kalian bisa baca liputan perjalanan kami di D’Rise atau web www.insantama.sch.id

Bukan berarti  perjuangan menjadi “calon pemimpin masa depan” sampai disitu setelah itu aku UTS, dan ikut class meeting. Kami diberi tugas untuk membuat essai (cerita reportase) mengenai LDK selama seminggu aku mengerjakannya. Setelah tugas essai selesai kami dibagi 2 kelompok  akhwat dan ditugaskan untuk membuat madding “First in the world” selama 2 minggu. Setiap hari aku harus merelakan waktuku untuk tidur lebih malam (begadang). Kadang aku tertidur di kelas karna mengerjakan hingga pukul 1 malam. Dan akibatnya kami sering ngantuk saat ta’lim habis subuh dan saat belajar di kelas. Akhirnya madding itu selesai dan berhasil menjadi  first in the world.
Di sekolah ini juga aku diajarkan berdakwah, dan bergaul dalam hubungan social. Baik tentang hubungan laki-laki perempuan,dll. Aku berdakwah dengan cara masyiroh, aku dan teman-teman berjuang menegakan khilafah. Aku senang mendapat pengalaman baru lagi ketika aku aksi mengenai penolakan pembakaran al-qur’an dan penolakan kedatangan obama. Itu semua salah satu cara untuk berjihad dan berdakwah demi tegaknya khilafah.
Itulah ceritaku sejak aku kecil hingga saat ini, semoga semua menjadi pelajaran agar kita bersabar dalam menghadapi cobaan hidup yang telah  Allah beri.  Aku bercita-cita untuk menjadi dokter + pemain music yang sukses peduli umat. Amin, tolong doakan!!!

KADO UNTUK AYAH IBU
By : Sobrina Fitriyah Ch

Siang hari yang terik ketika pulang sekolah amel menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
“uuhh akhirnya sampai juga, ” kata amel sambil tiduran.
Tiba-tiba ketika ia sedang asyik melepaskan rasa lelah ibunya memanggil amel.
“amel,,amel,,amel,, tolong bantu ibu sebentar” ibunya memanggil
Amel pun dengan kesal menghampiri ibunya.
“ada apa sih bu?? Amel lagi istirahat diganggu”
“bantu ibu buat gorengan mel, untuk jualan nanti sore” suruh ibunya
“ahh ibu amel cape, masa baru pulang udah disuruh” gerutunya
“amel ibu ga sanggup kalo harus mengerjakannya sendiri, kalo kita ga jualan kamu ga bisa sekolah dan makan”
“maafkan amel bu, habis amel cape jadi emosi” amel meminta maaf
Akhirnya amel membantu ibunya membuat gorengan. Ketika sore hari amel berkeliling kampung untuk berjualan gorengan. Hal ini sudah ia lakukan sejak ayahnya meninggal 3 tahun yang lalu, ia harus membantu ibunya mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“gorengan….gorengan….gorengan… ayo dibeli gorengannya 500 aja” amel menjajakan gorengannya
“dek beli gorengannya dong” seorang ibu-ibu membeli gorengan amel
“ohh boleh bu, beli berapa bu???”
“beli 5000 dek, campur ya! jangan lupa sambalnya”
Setelah itu amel berkeliling lagi ke kampung sebelah hingga menjelang maghrib gorengannya habis. Amel pun bergegas pulang karna hari sudah mulai gelap,ia harus melewati kebun yang kata banyak orang kebun itu menyeramkan. Akhirnya amel sampai di rumah dengan selamat, dan memberikan uang hasil jualan pada ibunya.
“bu ini uang jualan hari ini, Alhamdulillah gorengannya habis” kata amel senang
“Alhamdulillah nak, uang ini kita tabung setengahnya untuk kamu bayar sekolah” kata ibunya
Setelah itu amel dan ibunya sholat berjamaah, dan mengaji. Itu adalah rutinitas mereka sehari-hari meski lelah tapi mereka tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai muslim. Hari ini ibu masak sayur daun singkong, tempe, dan sambal. Mereka selalu bersyukur karna masih bisa makan walaupun lauk seadanya. Setelah makan amel belajar sedangkan ibunya menjahit pesanan orang. Selain berjualan ibunya juga menawarkan jasa sebagai tukang jahit untuk menambah penghasilan. Amel pun terkadang membantu ibunya jika kebetulan ia sedang tidak ada tugas.
“amel sudah malam, lebih baik kamu tidur biar besok tidak kesiangan tapi jangan lupa sholat isya dulu” kata ibunya.
“baik bu amel sholat isya dulu baru tidur, selamat malam ibu” amel segera mengambil wudhu.
Burung berkicau riang menyambut pagi yang cerah. Amel yang sudah bangun sejak subuh tadi, betugas merapikan rumah. Sedangkan ibunya pergi belanja ke pasar untuk bahan-bahan jualan. Setelah merapikan rumah amel bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ibu amel sudah pulang dari pasar dan langsung menyiapkan sarapan.
“amel, ayo sarapan dulu” panggil ibu
“ia bu sebentar lagi amel lagi pake kerudung”.
Selesai itu amel sarapan dengan ibunya, dan langsung pamit untuk berangkat sekolah. Ia berangkat sekolah naik sepeda warisan ayahnya. Ia berangkat bersama teman-teman sekampungnya.
Krriiingggg bel sekolah berbunyi amel sudah berada di kelasnya, yaitu kelas 10 C. Pelajaran pertama adalah matematika, Pak Imam gurunya telah masuk kelas. Sebelum pelajaran dimulai siswa-siswi berdoa lebih dulu. Setelah selesai berdoa pelajaran matematika dimulai.
“anak-anak kumpulkan tugas matematika yang kemarin di meja bapak” kata gurunya.
“waduuhh mel aku lupa belum ngerjain tugas, kamu udah belum???” kata saskia
“Alhamdulillah semalem aku udah ngerjain” kata amel sambil mengumpulkan tugasnya di depan
“ayo siapa yang tidak mengerjakan tugas silahkan kerjakan di luar” kata Pak Imam
Beberapa murid tidak mengerjakan tugas, mereka pun keluar kelas.
“baik, siapa yang berani maju untuk menjelaskan pembahasan yang kemarin???”
“saya pak, saya mau mencoba” amel mengajukan diri
“baik silahkan amel” gurunya mempesilahkannya
Amel termasuk anak yang berprestasi di sekolahnya, ia pandai di berbagai bidang. Semangatnya tidak pernah habis walau dengan fasilitas seadanya ia bisa membuat ibunya bangga. Krrriinggggg bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar. Amel dan saskia kelua untuk membaca madding (majalah dinding) hari ini.
“wah mel dicai perwakilan untuk olimpiade matematika tuh” kata kia.
“ia sas bener lombanya tingkat kabupaten lagi” jawab amel.
“kamu ikutan aja mel, kamu kan pinter”
“ahh kamu ga mungkin aku kan pas-pasan lagian mana mungkin ku ikut dengan biaya pendaftaran yang mahal itu” amel pesimis.
“kamu harus optimis dong, siapa tau ada jalannya” saskia menghibur amel.
Mereka meninggalkan madding dan langsung berpisah. Saskia pergi ke kantin sedangkan amel memilh perpustakaan. Ia lebih senang membaca daripada mengeluarkan uangnya untuk jajan. Ketika sedang asyik membaca temannya vanda memanggilnya.
“mel kamu dipanggil kepala sekolah di kantonya sekarang” kata vanda.
“ada apa ya??? Ya udah makasih van” kata amel.
Amel bergegas ke kantor untuk menemui kepala sekolah. Sepanjang jalan ia berfikir mengapa ia dipanggil, ada rasa khawatir karna kebetulan ia belum membayar tunggakan SPP. Sesampainyadi kantor, ternyata ada beberapa guru-guru disana.
“assalamu’alaikum pak, maaf ada apa memanggil saya” kata amel
“masuk amel, silahkan duduk” kata kepala sekolah
Amel pun duduk, masih dengan perasaan khawatir.
“jadi begini para guru mengajukan kamu untuk menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade matematika tingkat kabupaten”
“tapi pak apakah saya mampu???” jawab amel
“guru-guru menilai bahwa kamu mampu, karna selama ini nilai kamu bagus-bagus. Dan bapak pikir tidak ada salahnya untuk dicoba” kata kepala sekolah meyakinkan.
“baik pak kalo memang bapak menganggap saya mampu saya siap pak” amel optimis
“baik kamu akan dibimbing selama seminggu ini sebagai persiapan, kamu haus bersungguh-sungguh karna sekolah telah membayar pendaftaran yang mahal”
“baik pak saya akan sungguh-sungguh”
“ya sudah silahkan kembali ke kelas, dan ingat pesan bapak”
Amel begegas ke kelas dan ketika ia masuk saskia menanyakan sebab mengapa amel dipanggil. Amel pun menceritakan semuanya pada saskia. Saskia ikut senang dan mendukung amel. Proses belajar dilanjutkan hingga akhirnya bel pulang berbunyi “kriiiiingggggg”.
Amel pulang naik sepeda warisannya. Kebetulan saskia ada urusan jadi tidak bisa pulang bareng. Sampai di rumah amel menceritakan kabar tersebut pada ibunya. Ibunya terlihat amat bahagia dengan putri semata wayangnya. Ibunya berpesan agar amel tidak cepat merasa puas, dan bersungguh-sungguh. Setiap hari amel pulang sangat sore karna harus mengikuti tambahan untuk persiapan lomba. Dan karna hal itu tidak ada yang membantu ibunya membuat gorengan dan berjualan.
Suatu hari ibunya terjatuh lalu muntah dan mengeluarkan darah, setelah diperiksa ibunya sakit TBC. Amel sangat khawatir dengan kondisi ibunya , apalagi penyakit itu berbahaya tapi ia punya tanggung jawab sebagai perwakilan sekolah. Amel berfikir untuk mengundurkan diri dari olimpiade agar dapat mengurus dan mencari uang untuk pengobatan ibunya.
“bu, amel mau mengundurkan diri saja biar bisa merawat ibu” kata amel
“jangan amel ibu tidak apa-apa, kamu harus tetap mengikuti lomba itu”
“kamu harus membuat ibu bangga, terutama alm. Ayahmu, jangan kamu pikirkan ibu, ibu mohon mel” kata ibunya.
Amel merenungkan kata-kata ibunya, ada benarnya perkataan ibunya. Tapi tidak mungkin amel membiarkan ibunya yang sedang sakit itu. Sewaktu dulu alm.ayahnya penah berpesan
“ amel hidup adalah perjuangan, jangan harap upah tanpa keringat. Man jadda wa jadda, jika kamu bersungguh-sungguh maka kamu akan berhasil, Allah senantiasa menolong hambanya yang bersungguh-sungguh”
Atas dukungan ibu,teman-teman,serta gurunya amel melanjutkan tugasnya sebagai perwakilan sekolah. Waktu perlombaan tinggal 1 hari lagi, amel semakin giat dan berdoa agar mendapat kemudahan.
Hari yang dinantikan telah tiba, sebelum berangkat amel meminta restu ibunya.
“bu, doakan amel agar bisa menjadi yang terbaik” sambil mencium tangan ibunya
“ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu nak”
Akhirnya amel berangkat bersama guru pendamping. Beberapa orang temannya ikut untuk memberi semangat pada amel. Sampai di tempat olimpiade,terlihat sudah banyak peserta. Tepat pukul 09.00 olimpiade dimulai selama 2 jam amel mengerjakan materi olimpiade, hingga akhirnya waktu habis. Setelah menunggu hasil ternyata amel masuk babak final, ia harus bersaing dengan tiga peserta terbaik. Dalam babak final amel terus membakar semangatnya dengan mengingat pesan dari ayahnya. Alhamdulillah amel berhasil menjadi juara pertama. Sorak-sorai gembira menghiasi kemenangan amel, amel pun mendapat penghargaan sebagai juara pertama tingkat kabupaten.
Pemerintah kabupaten mengajukan amel untuk ikut di tingkat nasional, selain itu pemerintah bersedia membiayai pengobatan ibunya. Amel sangat bahagia, sekolahnya pun bangga dengan pestasi anak didiknya. Jauh di balik itu alm.ayahnya tersenyum bahagia atas keberhasilan anaknya. Ibu mendapat perawatan yang terbaik, karna usaha anaknya.
“ibu sangat bangga dengan kamu amel, walau kita hidup dengan keterbatasan tapi kamu membuat semuanya menjadi lebih.” Ibunya menangis bahagia
“amel akan selalu berusaha untuk membuat ibu bahagia, amel yakin ayah pun bangga dengan amel.”
Sejak itu amel semakin bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia tetap menjadi amel yang senang membantu ibunya,ia tetap rendah hati, amel sering mengikuti lomba-lomba hingga tingkat internasional. Keinginan amel untuk member kado bagi ayah ibunya akhirnya tercapai karena kesungguhannya amel menjadi berhasil mengukir prestasi yang membanggakan, ia yakin dengan ucapan ayahnya, “Man jadda wa jadda.”


Kesimpulannya : “Man jadda wa jadda” barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Tidak ada kata menyerah dalam hidup jika kita mau berusaha. Hidup ini penuh perjuangan jadi barangsiapa yang menyerah ia akan jatuh, dan mereka yang berusaha ia akan berhasil.

Sunday, November 14, 2010

puisi terakhir kakakku tersayang

PUISI TERAKHIR KAKAKKU TERSAYANG
By : Sobrina Fitriyah Ch

Pulang sekolah Seruni masuk rumah,dengan tampang cemberut sambil marah-marah.
“Iihhh nyebelin banget si Karin, gara-gara dia aku dibuat malu satu sekolah. Apa maunya sich???”
“Ada apa sich Runi??pulang sekolah kok marah-marah”,kata ibu.
Runi mengacuhkan ibunya dan masuk kamar.
Cekkrek Runi membuka pintu. “ngapain kakak disini?? Emang ga punya kamar sendiri?”
“Eh Runi,,,udah pulang. kok ga Assalamu’alaikum dulu??”
“Ini kamarku,,ngapain kakak di kamarku?? ngeberantakin aja”
“Ehh iya ini kamar kamu, sorry dech biasa kakak lagi menyalurkan hobi nulis kakak,,tenang ntar kakak beresin”
“Emang ga bisa ya kalo di kamar sendiri??” Runi marah-marah
“Pelit banget sich adekku,,kan kamar kamu nyaman”
Brraakkk pintu kamar dibanting,,Runi pergi meninggalkan kakaknya.
Ibu…ibu…ibu… Runi memanggil ibunya
“ada apa sich  Runi teriak-teriak” ibu menghampiri runi
“ngapain sich kak Rina di kamarku? Dia kan punya kamar sendiri”
“mungkin kakak kamu lebih nyaman di kamar kamu,,udah ahh ga usah ribut lagi”
“ahh ibu ngebelain kakak terus, ga adil semua mending aku pergi”
Runi pergi meninggalkan rumah dan baru pulang ketika malam hari,,orangtuanya sangat khawatir.
“Runi kamu darimana aja?? semua orang khawatir” kata ibu
“Runi cape bu,mau tidur” sambil berjalan ke kamar
Ternyata saat ia masuk kamar kakaknya sedang tertidur di kasurnya. Runi yang saat itu sedang cape akhirnya marah dan mengusir kakaknya keluar dari kamarnya.
Esok harinya Runi berangkat sekolah tanpa sarapan,semua anggota keluarganya khawatir dengan sikap Runi. Mereka takut runi sakit karna belum makan. Di sekolah Runi sudah bermain seperti biasa dengan teman-temannya. Jam pulang sudah tiba, Runi pulang ke rumah. Ketika ia masuk rumah ternyata hanya ada ibunya. Ia langsung masuk ke kamarnya ,lain dari biasanya kak Rina tidak ada di kamarnya. Runi merasa bebas karna tidak ada kakaknya yang mengganggu. Ia tertidur hingga sore hari. Ketika ia terbangun rumahnya sepi.
Runi mencari ibunya di semua tempat tapi ia tidak menemukan ibunya. Ia hanya menemukan kertas di atas meja yang bertuliskan :
“Runi kamu jaga rumah ya,,ibu ada urusan. Kalo mau makan beli aja atau kamu masak sendiri. Di kulkas ada bahan-bahannya kalo kamu mau masak”.
Ibu
“uuhh ibu ada urusan apa sich???tumben ga bangunin aku dulu” gerutu Runi.
Akhirnya Runi mandi dan pergi untuk mencari makan malam. Ketika ia sampai di rumah ternyata ibunya sudah pulang, runi merasa capek dan langsung masuk ke kamarnya. Kebetulan ayahnya sedang dinas di Tokyo. Oleh karna itu ia langsung tidur. Tengah malam ia merasa haus,ia pun mengambil air di dapur,ketika ia berjalan kembali ke kamarnya, tiba-tiba ia mendengar suara rintihan dan tangisan . Runi mencari asal suara itu, ia merasa suara itu berasal dari kamar kakaknya, tapi itu tidak mungkin karna kamar kakaknya sudah gelap. Karna mengantuk akhirnya ia menghiraukan suara tersebut dan kembali ke kamarnya.
Esok hari ia menceritakan kejadian semalam pada Fitri.
“Fit, semalem aku denger ada suara rintihan tapi kayaknya berasal dari kamar kakakku dech”
“hayoo loch jangan-jangan ada penunggunya lagi”
“apaan sich ga mungkinlah, jangan macem-macem dech kamu”
“iya mungkin itu halusinasi kamu aja, kan kamu lagi ngantuk”
Runi pun telah pulang sekolah, sampai rumah ia tidur lalu bangun untuk sholat, makan, lalu tidur lagi hingga pagi hari.
Pagi telah menyambut,hari ini Runi libur dan kebetulan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Biasanya ketika ulang tahun ia mendapat kejutan dari keluarganya. Ketika Runi keluar kamar tidak ada satu orang pun dirumahnya. Ia mengira itu salah satu dari kejutan untuknya,tapi ketika ditunggu sampai siang tidak ada yang pulang. Ketika menjelang sore ibu dan kakaknya pulang,kakaknya langsung masuk kamar.
“ibu darimana sich ga inget apa sama Runi?” sambil marah-marah
“Runi kamu ga usah marah dech cuma kaya gitu aja ngambek,ibu ngurusin kakamu yang lagi sakit ”
“kenapa sich kakak terus yang diurusin? Kenapa ibu ga perhatiin runi?? sampe ibu lupa kalo hari ini ulang tahun Runi”
“Runi kakakmu yang sakit lebih utama daripada kejutan ulang tahunmu”
Runi pergi meninggalkan ibunya dan pergi ke kamar kakaknya dengan amarah.
“puas kakak udah berhasil ngerebut perhatian ibu dariku,,pake acara sakit segala” uni memarahi kakaknya
“Runi kamu apa sich maksud kamu? kakak ga ada maksud kaya gitu kok,kakak emang sakit, dan tadi ibu nganter kakak”
“udah dech Runi tau kakak ga suka kalo Runi diperhatiin sama ibu”
“apa maksud kamu??kakak salah apa sama kamu,kenapa kamu tuduh kakak kaya gitu?” kak Rina mulai menangis
“udah cape aku ngomong sama kakak,mending aku ga punya kakak” Runi pergi meninggalakan kakaknya yang sedang menangis tersedu-sedu.
Karna kejadian itu mereka berdua saling diam tidak ada komunikasi. Ibu merasa khawatir dengan hubungan kedua kakak beradik itu. Ibu sudah menasihati mereka tapi ego mereka sama-sama tinggi. Suatu hari Runi butuh kamus dan kamusnya ada di kamar kakaknya,ia masuk dengan ragu karna sebenarnya ia malas bertemu kakaknya. Tapi,ketika ia masuk kamar kak Rina,ternyata kakaknya tidak ada hanaya laptop kakaknya menyala Runi pun mengambil kamus dan hendak keluar tapi entah kenapa ia iseng membuka file di laptop kakaknya. Ketika sedang melihat file-file ia membaca ada satu file bernama puisi adikku,Runi pun membukanya dan isinya adalah :
Surat terakhir untuk adikku
Kau berikan arti untuk hidupku
Ketika hidupku hampa dan kosong
ketika ku harus berjuang menahan derita
Derita yang lebih berat dari deritamu
Namun deritaku tak berat jika kau ada disampingku
Hanya engkau yang dapat membangkitkan semangatku
Seandainya kau tau derita yang menyiksaku
Tapi ku tak ingin engkau tau semua itu
Biarlah semua menjadi rahasia hidupku
Ku akan berjuang jika kau mengharapkanku
Ku hanya ingin kasih sayangmu
Ku ingin kau menerimaku
Jika nanti ku pergi tanpa pamit padamu
Dan ku tak dapat kembali untuk menemanimu
Ingatlah semua ini sebagai kenangan
Yang slalu kau simpan dalam memori
Terima kasih karna kau beriku kesempatan
walau raga ini akhirnya telah tiada
ku akan  tetap menyayangimu
Inilah surat terakhir untukmu, adikku
Tanpa sadar Seruni menangis membaca puisi itu,”aku tidak menyangka begitu besar rasa sayang kakak padaku,tapi aku selalu membuatnya kecewa,mengapa aku terlalu bodoh?” Seruni berkata pada dirinya sendiri.
Seruni pergi mencari ibu karna ia yakin ibu bisa menjawab rasa penasarannya. Ia merasa bahwa ada yang disembunyikan darinya. Ia menemukan ibunya sedang membuat bubur untuk kakaknya.
“ibu Runi mau tanya sebenernya kakak sakit apa??”
Ibu terhenyak diam,sepertinya ia kaget mendengar pertanyaan Runi
“kakak cuma demam dan pusing kok, emang kenapa?”
“ibu bohong pasti ada yang disembunyiin dari Runi,jawab jujur bu Runi mohon”
“maafkan ibu Runi ibu memang menyembunyikan ini darimu, karna kakakmu melarang ibu”
“cepat kasih tau Runi bu, cepet bu”
“kakakmu divonis terkena radang otak dan sudah parah”
Bagaikan tersambar petir Runi terkejut mendengarnya ia menangis tersedu-sedu. Ia  merasa bahwa ia adik yang tak berguna begitu bodohnya karna ia tidak tau penyakit yang menimpa kakaknya. Ketika malam hari kakaknya pulang Runi langsung menghampiri kakaknya.
“kakak baru pulang??pasti cape ya mau Runi pijitin??”
“tumben kamu baik biasanya marah-marah sama kakak??”
“iihh kakak jadi serba salah dech,masa Runi baik salah juga”
“ehh jangan ngambek dulu,,kakak merasa hari ini adalah hari yang membahagiakan seumur hidup kakak”
“maksud kakak???”
“kakak bahagia,sekarang kakak udah tenang”
Seruni  terdiam memikirkan maksud ucapan kakaknya. Tiba-tiba tengah malam ibunya membangunkannya dengan khawatir
“Runi bangun kakakmu kejang-kejang, ibu khawatir kita bawa  ke rumah sakit saja”
Seruni segera membantu ibunya membawa kakaknya ke rumah sakit, ternyata penyakit kakaknya harus mendapat penanganan yang lebih baik dan kakak dirujuk pengobatan ke singapura. Dengan bantuan rumah sakit segalanya dipersiapkan sehingga kakaknya dapat berangkat ke singapura,ayahnya menyusul  langsung dari Tokyo ketika mendengar kabar tersebut.
“kak maafkan Runi,kakak harus sembuh Runi sayang sama kakak”
Runi menangis tanpa henti,ayah ibunya pun tak hentinya berdoa. Setelah ditangani oleh dokter ternyata kakaknya tak bisa diselamatkan radang otaknya sudah sangat fatal. Kakaknya sempat sadar dan menulis surat pendek yang berisi :
Ayah ibu terima kasih telah merawat dan menyayangiku dengan tulus. Seruni adikku kakak sayang sama kamu,jadilah anak yang membanggakan ayah ibu. Maafkan kakak karna tak ada di sampingmu lagi”.
Akhirnya kakak pergi meninggalkan kami semua, dengan sedih hati yang teramat,terutama pada Seruni yang terkadang membuat kakaknya sedih dan kecewa mereka merelakan kepergian kak Runi. Terkadang seruni menangis menyesali perbuatannya tapi semua sudah berakhir,kakaknya telah tiada. Walaupun raganya sudah tak ada tapi kasih sayangnya tetap tersimpan selamanya. Itulah puisi terakhir kakakku tersayang.


Kesimpulannya : janganlah kita berprasangka buruk pada orang lain apalagi saudara. Bersikap sopan dan lembut pada orang tua,jangan egois sendiri. Saling menyayangi dan peduli pada sesama. Hidup ini akan indah jika kita menjalaninya dengan ikhlas dan jika kita mengarunginya bersama orang-orang tersayang.