Welcome to Cerita Sobrina

Thursday, November 18, 2010

persahabatan itu indah


Persahabatan  itu indah
By : SobrIna Fitriyah Ch

Suara riuh menghiasi kelas 10 D yang terletak di ujung koridor, memang kelas ini terkenal paling rebut dan anak-anaknya nakal. Berbeda dengan kelas 10 A yang tenang dan anak-anaknya  baik. Entah mengapa ada pemisahan antara murid yang pintar dengan yang kurang. Seperti biasa kelas 10 D ribut lagi, guru-guru sudah tidak mau masuk kelas karna sudah bosan menghadapi anak-anak itu. Dalam kelas itu ada satu anak yang hanya bisa terdiam karna hari ini ia tidak dapat belajar lagi. Dia adalah Rani, seorang siswi yang memiliki keterbatasan biaya sehingga ia tidak mendapat pengajaran secara lebih baik.
“ya Allah apakah ini nasib untuk anak yang tidak mampu seperti aku??” batin Rani
Ayah Rani hanya seorang pemulung, sedangkan ibunya hanya tukang cuci keliling. Ia memiliki 4 orang adik yang bersekolah di sekolah kolong jembatan. Karna keterbatasan ayahnya hanya mampu menyekolahkan Rani. Untungnya pihak sekolah bisa menerima Rani walaupun, ia harus masuk kelas 10 D yang lebih sering tidak ada guru. Tapi, Rani tidak hanya bergantung pada gurunya ia biasa belajar dengan membaca buku di perpustakaan.
“Rani bagaimana pelajaran hari ini??” ayahnya bertanya
“baik ayah, Alhamdulillah Rani bisa mengikuti” Rani berbohong
“kamu harus belajar dengan rajin biar kamu bisa sukses, jangan seperti ayah yang hanya menjadi buruh” pesan ayahnya
“”ia ayah Rani akan sungguh-sungguh” kata Rani
Rani bukanlah anak yang manja ia mengerti kondisi keluarganya, setelah pulang sekolah ia bertugas untuk mengurus adik-adiknya. Terkadang ia harus menggantikan pekerjaan ibunya jika ibu sedang sakit. Bukan berarti Rani tidak punya keingInan, tapi melihat kondisi ekonominya yang sangat kurang ia hanya bisa berandai-andai. Ia iri melihat teman-temannya yang berpakaian bagus dan bergaya bagai model, sedangkan ia?? Hanya memakai pakaian yang didapat ayahnya dari hasil memulung.Rani gemar menulis, ia sering menulis puisi dan cerita-cerita mengenai kehidupannya.
“ayah, ibu Rani sekolah dulu ya” Rani pamit pada kedua oang tuanya
“hati-hati ya nak, jangan lupa belajar sungguh-sungguh” pesan ayah
“siiip deh ayah Rani pasti ingat pesan ayah” jawab Rani
Rani berangkat sekolah berjalan kaki, ia tidak dibekali uang jajan seperti teman-temannya.
“Rani !!! kamu mau bareng aku ga??” Silmi temannya mengajak berangkat bareng
“terima kasih sil tapi aku takut merepotkan” jawab Rani dengan sopan
“udah ga apa-apa kaya sama orang lain aja, nanti kamu telat loch” bujuk Silmi
Akhirnya karna dipaksa Rani menerima tawaran Silmi, Rani masuk ke dalam mobil Silmi dan berangkat ke sekolah bersama. Di dalam mobil terjadi percakapan antara dua sahabat itu.
“ran, kenapa kamu ga minta pindah kelas aja??? Kan kelas kamu jarang ada guru, pastinya kamu jadi ga bisa belajar” Tanya Silmi
“aku sih maunya kaya gitu, tapi ayahku ga sanggup membiayai aku. Udah bagus aku bisa sekolah dengan biaya ringan, walaupun jarang ada guru” kata Rani
“nanti aku bilang ke ayahku deh biar bantu kamu”
“ga perlu sil, walau aku ga mampu tapi aku ga mau ngeropotin orang lain” jawab Rani
Akhirnya mereka berdua sampai di sekolah, terlihat banyak murid yang sudah berdatangan. Sekolah Rani adalah sekolah yang cukup bagus, makanya ga heran kalo rata-rata temannya berasal dari keluarga mampu.
“hai sil, udah dateng kamu ?? kok sekolah ngajak pembantu??” kata Ina sambil menunjuk Rani
“Ina kok kamu gitu sih!! Rani kan temen kita juga.” Kata Silmi
“hah!!! Temen??? Dia, si anak miskin itu temen aku?? Maksih deh” jawab Ina ketus
“udahlah sil, mungkin bener kata Ina. Aku emang ga pantes berteman sama kalian” Rani sedih
“gak, ran kamu dan yang lain itu sama, kamu temen aku kok” hibur Silmi
 “aku ke kelas duluan ya, aku harus belajar” Rani pergi meninggalkan Silmi dan Ina dengan perasaan sedih
Di kelas Rani membaca buku pelajaran yang dipinjam dari perpustakaan. Ia tidak mampu membeli buku, jadi ia hanya bisa meminjam. Sepeti biasa Rani belajar sendiri, karna guru-guru enggan masuk kelas. Walaupun ia belajar sendiri, nilai Rani cukup tinggi bahkan  ia langganan menjadi  juara baik di kelas ataupun di sekolah. Tapi pihak sekolah tidak menghargai prestasi Rani. Karna kepandaiannya Silmi sering meminta Rani untuk menjadi guru pivatnya. Dengan senang hati Rani membantu sahabatnya untuk belajar.
Suatu hari ketika pulang sekolah ia melihat ibunya menangis.
“ibu kenapa menangis??” Tanya Rani
“adikmu keke sakit ran, panasnya tinggi dan ibu tidak punya uang” jawab ibu
“ya sudah kita bawa adik saja dulu, uang bisa dicari yang penting adik selamat”
Akhirnya setelah terjadi perdebatan antara Rani dan ibunya, mereka memutuskan untuk membawa keke ke puskesmas. Ternyata, pihak  puskesmas menyuruh ibu membawa keke ke rumah sakit karna puskesmas tidak bisa menangani keke. Keke dibawa ke rumah sakit, ternyata keke terkena demam berdarah dan tifus. Keke harus dirawat, Rani dan ibunya bingung karna biaya rumah sakit sangat mahal. Mereka tidak tau harus mencari uang kemana lagi. Karna itu Rani tidak sekolah untuk menggantikan pekerjaan ibunya sebagai tukang cuci. Sahabatnya Silmi mecari informasi mengenai Rani, dan setelah ia tau alasan Rani tidak masuk Silmi segera menemui Rani.
“ran kamu jahat banget ga ngasih tau aku, aku kan bisa bantu kamu” kata Silmi ketika bertemu Rani
“maaf sil aku udah bilang kalo aku ga mau ngerepotin kamu, lagian kamu gap antes berteman dengan aku yang miskin” jawab Rani
“ran semua orang sama dimata Allah, bukan karna kaya atau miskin” jawab Silmi tegas
“maafkan aku Silmi, harusnya aku malu padamu karna kamu tidak menilai seseorang dari jabatan”
Akhirnya Silmi meminta ayahnya untuk membantu biaya pengobatan keke hingga sembuh. Keke pun sudah diizinkan pulang dari rumah sakit, Rani pun dapat bersekolah seperti biasa.
Suatu hari Ina yang memang tidak senang dengan persahabatan Silmi dan Rani, menghasut Silmi.
“sil, kamu tau ga ternyata Rani hanya memanfaatkan kebaikan kamu saja” hasut Ina
“maksud kamu apa?? Jangan suka menjelekan orang” kata Silmi
“Rani itu beteman supaya bisa dapat keuntungan dari kamu. Dia itu manfaatin harta kamu, aku denger sendiri dia bilang kalo dia ga perlu susah-susah kerja karna udah ada kamu gudang uang dia” kata Ina
“gak mungkin Rani kaya gitu, aku kenal dia. Dia bukan orang yang kaya kamu bilang”
“kamu lihat aja buktinya dia ga pernah main lagi kan sama kamu, sejak ayahmu membantu biaya adiknya” hasut Ina meyakinkan Silmi
Silmi terdiam memikirkan kata-kata Ina, memang benar Rani sudah tidak pernah bermain dengan Silmi bahkan jika Rani bertemu Silmi Rani pergi menjauh. Sebenarnya Rani diancam oleh Ina agar tidak dekat dengan Silmi, karna ia hanya membuat susah Silmi saja. Dan jika ia dekat dengan Silmi maka Ina akan mencelakai ibunya yang bekerja di rumah Ina, Rani takut dengan ancaman itu  makanya Rani menjauh dari Silmi. Suatu hari Silmi bertemu Rani dan menarik Rani untuk berbicara.
“ran kenapa kamu menjauh dari aku??” Tanya Silmi
“gak kenapa-napa” jawab Rani
“aku punya salah sama kamu???”
“gak ko,lebih baik kamu ga usah berteman sama aku, aku udah punya temen baru” jawab Rani
“jadi bener kata Ina kamu hanya manfaatin aku aja. Kamu temenan sama aku karna ada maunya, setelah kamu dapat semuanya kamu tinggalin aku!! Kamu jahat ran, aku kira kamu tulus berteman sama aku. Kalo aku tau dari dulu aku gak mau jadi temen kamu” Silmi menangis dan pergi
Dalam hati Rani menangis dan meminta maaf pada Silmi, ia ingin menjelaskan semuanya pada Silmi tapi ia takut ancaman Ina. Semuanya sudah berakhir, sejak saat itu Silmi tidak pernah mau bertemu dan ngobrol sama Rani. Silmi telah termakan hasutan Ina.
Suatu hari Rani mendapat kabar bahwa Silmi dirawat karna kecelakaan, dan dalam keadaan kritis. Rani dating ke rumah sakit, awalnya ia diusir oleh Ina yang ada disana tapi untungnya orang tua Silmi mengizinkan Rani melihat keadaan Silmi. Ternyata Silmi membutuhkan donor darah, tapi persediaan darah habis. Untungnya Rani memiliki golongan darah yang sama, oleh itu Rani mendonorkan darahnya untuk Silmi. Silmi pun berhasil melewati masa kritis, Rani yang masih lemah diusir pulang oleh Ina. Rani pun pulang dengan keadaan lemah.
Silmi sadar dan terbangun dari masa kritis, saat Silmi sudah sadar Ina berkata
“sil akhirnya kamu sadar, aku nungguin kamu disini dan aku ela mendonorkan darahku untuk kamu” Ina berbohong
“terima kasih Ina kamu memang teman yang baik, seandainya Rani tulus berteman denganku” jawab Silmi lemah
“udah dech kamu ga usah ngurusin si parasit itu” kata Ina
Dokter datang dan masuk ke kamar ubtuk memeriksa Silmi, Ina pun keluar dari ruangan.
“untung teman kamu mendonorkan darahnya sehingga kamu bisa selamat” kata dokter
“makasih dok, teman saya memang baik” jawab Silmi
“tapi saya bingung kenapa dia pergi meninggalkan rumah sakit, padahal dia masih sangat lemah” kata dokter
“loch dok itu tadi kan teman saya mendonorkan darahnya” kata Silmi bingung
“bukan dia orangnya,, justru saya sedang mencari teman kamu untuk memberi vitamin” kata dokter
Dari dokter Silmi pun tau bahwa yang mendonorkan darah untuknya adalah Rani bukan Ina. Silmi pun marah karna ia berbohong dan ternyata Ina juga yang telah mengusir Rani. Setelah sembuh Silmi mengunjungi Rani.
“ran terima kasih karna kamu telah menolong nyawaku” kata Silmi
“sama-sama sil, maaf aku tidak bermaksud memanfaatkan kamu” Rani pun menceritakan yang terjadi sebenarnya.
Silmi pun semakin tau bahwa Ina telah memfitnah Rani.
“sil aku memang tidak mampu, tapi aku tulus berteman dengan kamu. Tak ada niat sedikit pun untuk mencari keuntungan dari kamu, aku benar-benar ingin menjadi sahabat kamu” kata Rani
Mereka berdua pun berpelukan, mereka hanyut dalam tangisan bahagia. Akhirnya Silmi dan Rani menjadi sahabat sejati, mereka tidak pernah terhasut lagi oleh omongan orang lain. Sekarang ayah Rani bekerja di perusahaan ayahnya Silmi, dan ibu Rani diberi modal untuk membuka usaha, sedangkan Rani dibiayai sekolah bersama-sama dengan Silmi. Itulah akhir persahabatan Rani dan Silmi, persahabatan yang tidak pernah berakhir hingga mereka tua.

No comments:

Post a Comment