KADO UNTUK AYAH IBU
By : Sobrina Fitriyah Ch
Siang hari yang terik ketika pulang sekolah amel menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
“uuhh akhirnya sampai juga, ” kata amel sambil tiduran.
Tiba-tiba ketika ia sedang asyik melepaskan rasa lelah ibunya memanggil amel.
“amel,,amel,,amel,, tolong bantu ibu sebentar” ibunya memanggil
Amel pun dengan kesal menghampiri ibunya.
“ada apa sih bu?? Amel lagi istirahat diganggu”
“bantu ibu buat gorengan mel, untuk jualan nanti sore” suruh ibunya
“ahh ibu amel cape, masa baru pulang udah disuruh” gerutunya
“amel ibu ga sanggup kalo harus mengerjakannya sendiri, kalo kita ga jualan kamu ga bisa sekolah dan makan”
“maafkan amel bu, habis amel cape jadi emosi” amel meminta maaf
Akhirnya amel membantu ibunya membuat gorengan. Ketika sore hari amel berkeliling kampung untuk berjualan gorengan. Hal ini sudah ia lakukan sejak ayahnya meninggal 3 tahun yang lalu, ia harus membantu ibunya mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“gorengan….gorengan….gorengan… ayo dibeli gorengannya 500 aja” amel menjajakan gorengannya
“dek beli gorengannya dong” seorang ibu-ibu membeli gorengan amel
“ohh boleh bu, beli berapa bu???”
“beli 5000 dek, campur ya! jangan lupa sambalnya”
Setelah itu amel berkeliling lagi ke kampung sebelah hingga menjelang maghrib gorengannya habis. Amel pun bergegas pulang karna hari sudah mulai gelap,ia harus melewati kebun yang kata banyak orang kebun itu menyeramkan. Akhirnya amel sampai di rumah dengan selamat, dan memberikan uang hasil jualan pada ibunya.
“bu ini uang jualan hari ini, Alhamdulillah gorengannya habis” kata amel senang
“Alhamdulillah nak, uang ini kita tabung setengahnya untuk kamu bayar sekolah” kata ibunya
Setelah itu amel dan ibunya sholat berjamaah, dan mengaji. Itu adalah rutinitas mereka sehari-hari meski lelah tapi mereka tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai muslim. Hari ini ibu masak sayur daun singkong, tempe, dan sambal. Mereka selalu bersyukur karna masih bisa makan walaupun lauk seadanya. Setelah makan amel belajar sedangkan ibunya menjahit pesanan orang. Selain berjualan ibunya juga menawarkan jasa sebagai tukang jahit untuk menambah penghasilan. Amel pun terkadang membantu ibunya jika kebetulan ia sedang tidak ada tugas.
“amel sudah malam, lebih baik kamu tidur biar besok tidak kesiangan tapi jangan lupa sholat isya dulu” kata ibunya.
“baik bu amel sholat isya dulu baru tidur, selamat malam ibu” amel segera mengambil wudhu.
Burung berkicau riang menyambut pagi yang cerah. Amel yang sudah bangun sejak subuh tadi, betugas merapikan rumah. Sedangkan ibunya pergi belanja ke pasar untuk bahan-bahan jualan. Setelah merapikan rumah amel bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ibu amel sudah pulang dari pasar dan langsung menyiapkan sarapan.
“amel, ayo sarapan dulu” panggil ibu
“ia bu sebentar lagi amel lagi pake kerudung”.
Selesai itu amel sarapan dengan ibunya, dan langsung pamit untuk berangkat sekolah. Ia berangkat sekolah naik sepeda warisan ayahnya. Ia berangkat bersama teman-teman sekampungnya.
Krriiingggg bel sekolah berbunyi amel sudah berada di kelasnya, yaitu kelas 10 C. Pelajaran pertama adalah matematika, Pak Imam gurunya telah masuk kelas. Sebelum pelajaran dimulai siswa-siswi berdoa lebih dulu. Setelah selesai berdoa pelajaran matematika dimulai.
“anak-anak kumpulkan tugas matematika yang kemarin di meja bapak” kata gurunya.
“waduuhh mel aku lupa belum ngerjain tugas, kamu udah belum???” kata saskia
“Alhamdulillah semalem aku udah ngerjain” kata amel sambil mengumpulkan tugasnya di depan
“ayo siapa yang tidak mengerjakan tugas silahkan kerjakan di luar” kata Pak Imam
Beberapa murid tidak mengerjakan tugas, mereka pun keluar kelas.
“baik, siapa yang berani maju untuk menjelaskan pembahasan yang kemarin???”
“saya pak, saya mau mencoba” amel mengajukan diri
“baik silahkan amel” gurunya mempesilahkannya
Amel termasuk anak yang berprestasi di sekolahnya, ia pandai di berbagai bidang. Semangatnya tidak pernah habis walau dengan fasilitas seadanya ia bisa membuat ibunya bangga. Krrriinggggg bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar. Amel dan saskia kelua untuk membaca madding (majalah dinding) hari ini.
“wah mel dicai perwakilan untuk olimpiade matematika tuh” kata kia.
“ia sas bener lombanya tingkat kabupaten lagi” jawab amel.
“kamu ikutan aja mel, kamu kan pinter”
“ahh kamu ga mungkin aku kan pas-pasan lagian mana mungkin ku ikut dengan biaya pendaftaran yang mahal itu” amel pesimis.
“kamu harus optimis dong, siapa tau ada jalannya” saskia menghibur amel.
Mereka meninggalkan madding dan langsung berpisah. Saskia pergi ke kantin sedangkan amel memilh perpustakaan. Ia lebih senang membaca daripada mengeluarkan uangnya untuk jajan. Ketika sedang asyik membaca temannya vanda memanggilnya.
“mel kamu dipanggil kepala sekolah di kantonya sekarang” kata vanda.
“ada apa ya??? Ya udah makasih van” kata amel.
Amel bergegas ke kantor untuk menemui kepala sekolah. Sepanjang jalan ia berfikir mengapa ia dipanggil, ada rasa khawatir karna kebetulan ia belum membayar tunggakan SPP. Sesampainyadi kantor, ternyata ada beberapa guru-guru disana.
“assalamu’alaikum pak, maaf ada apa memanggil saya” kata amel
“masuk amel, silahkan duduk” kata kepala sekolah
Amel pun duduk, masih dengan perasaan khawatir.
“jadi begini para guru mengajukan kamu untuk menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade matematika tingkat kabupaten”
“tapi pak apakah saya mampu???” jawab amel
“guru-guru menilai bahwa kamu mampu, karna selama ini nilai kamu bagus-bagus. Dan bapak pikir tidak ada salahnya untuk dicoba” kata kepala sekolah meyakinkan.
“baik pak kalo memang bapak menganggap saya mampu saya siap pak” amel optimis
“baik kamu akan dibimbing selama seminggu ini sebagai persiapan, kamu haus bersungguh-sungguh karna sekolah telah membayar pendaftaran yang mahal”
“baik pak saya akan sungguh-sungguh”
“ya sudah silahkan kembali ke kelas, dan ingat pesan bapak”
Amel begegas ke kelas dan ketika ia masuk saskia menanyakan sebab mengapa amel dipanggil. Amel pun menceritakan semuanya pada saskia. Saskia ikut senang dan mendukung amel. Proses belajar dilanjutkan hingga akhirnya bel pulang berbunyi “kriiiiingggggg”.
Amel pulang naik sepeda warisannya. Kebetulan saskia ada urusan jadi tidak bisa pulang bareng. Sampai di rumah amel menceritakan kabar tersebut pada ibunya. Ibunya terlihat amat bahagia dengan putri semata wayangnya. Ibunya berpesan agar amel tidak cepat merasa puas, dan bersungguh-sungguh. Setiap hari amel pulang sangat sore karna harus mengikuti tambahan untuk persiapan lomba. Dan karna hal itu tidak ada yang membantu ibunya membuat gorengan dan berjualan.
Suatu hari ibunya terjatuh lalu muntah dan mengeluarkan darah, setelah diperiksa ibunya sakit TBC. Amel sangat khawatir dengan kondisi ibunya , apalagi penyakit itu berbahaya tapi ia punya tanggung jawab sebagai perwakilan sekolah. Amel berfikir untuk mengundurkan diri dari olimpiade agar dapat mengurus dan mencari uang untuk pengobatan ibunya.
“bu, amel mau mengundurkan diri saja biar bisa merawat ibu” kata amel
“jangan amel ibu tidak apa-apa, kamu harus tetap mengikuti lomba itu”
“kamu harus membuat ibu bangga, terutama alm. Ayahmu, jangan kamu pikirkan ibu, ibu mohon mel” kata ibunya.
Amel merenungkan kata-kata ibunya, ada benarnya perkataan ibunya. Tapi tidak mungkin amel membiarkan ibunya yang sedang sakit itu. Sewaktu dulu alm.ayahnya penah berpesan
“ amel hidup adalah perjuangan, jangan harap upah tanpa keringat. Man jadda wa jadda, jika kamu bersungguh-sungguh maka kamu akan berhasil, Allah senantiasa menolong hambanya yang bersungguh-sungguh”
Atas dukungan ibu,teman-teman,serta gurunya amel melanjutkan tugasnya sebagai perwakilan sekolah. Waktu perlombaan tinggal 1 hari lagi, amel semakin giat dan berdoa agar mendapat kemudahan.
Hari yang dinantikan telah tiba, sebelum berangkat amel meminta restu ibunya.
“bu, doakan amel agar bisa menjadi yang terbaik” sambil mencium tangan ibunya
“ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu nak”
Akhirnya amel berangkat bersama guru pendamping. Beberapa orang temannya ikut untuk memberi semangat pada amel. Sampai di tempat olimpiade,terlihat sudah banyak peserta. Tepat pukul 09.00 olimpiade dimulai selama 2 jam amel mengerjakan materi olimpiade, hingga akhirnya waktu habis. Setelah menunggu hasil ternyata amel masuk babak final, ia harus bersaing dengan tiga peserta terbaik. Dalam babak final amel terus membakar semangatnya dengan mengingat pesan dari ayahnya. Alhamdulillah amel berhasil menjadi juara pertama. Sorak-sorai gembira menghiasi kemenangan amel, amel pun mendapat penghargaan sebagai juara pertama tingkat kabupaten.
Pemerintah kabupaten mengajukan amel untuk ikut di tingkat nasional, selain itu pemerintah bersedia membiayai pengobatan ibunya. Amel sangat bahagia, sekolahnya pun bangga dengan pestasi anak didiknya. Jauh di balik itu alm.ayahnya tersenyum bahagia atas keberhasilan anaknya. Ibu mendapat perawatan yang terbaik, karna usaha anaknya.
“ibu sangat bangga dengan kamu amel, walau kita hidup dengan keterbatasan tapi kamu membuat semuanya menjadi lebih.” Ibunya menangis bahagia
“amel akan selalu berusaha untuk membuat ibu bahagia, amel yakin ayah pun bangga dengan amel.”
Sejak itu amel semakin bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia tetap menjadi amel yang senang membantu ibunya,ia tetap rendah hati, amel sering mengikuti lomba-lomba hingga tingkat internasional. Keinginan amel untuk member kado bagi ayah ibunya akhirnya tercapai karena kesungguhannya amel menjadi berhasil mengukir prestasi yang membanggakan, ia yakin dengan ucapan ayahnya, “Man jadda wa jadda.”
Kesimpulannya : “Man jadda wa jadda” barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Tidak ada kata menyerah dalam hidup jika kita mau berusaha. Hidup ini penuh perjuangan jadi barangsiapa yang menyerah ia akan jatuh, dan mereka yang berusaha ia akan berhasil.
No comments:
Post a Comment