Ya Allah…
Terima kasih untuk hidung yang masih dapat menghirup udara ini.
Terima kasih atas mata yang tetap dapat melihat keindahan cipataan-Mu.
Terima kasih untuk telinga yang masih dapat mendengar kumandang-Mu.
Terima kasih untuk tangan yang masih bisa mengangkat untuk berdoa kepada-Mu.
Terima kasih untuk kaki yang masih isa melangkah menuju jalan-Mu.
Terima kasih untuk jari yang masih bisa berdzikir kepada-Mu.
Terima kasih untuk mulut yang masih bisa bertasbih menyebut asma-Mu.
Terima kasih untuk setiap cobaan yang semakin mendekatkanku kepada-Mu.
Terima kasih untuk nikmat yang membuat tak henti bersyukur kepada-Mu.
Terima kasih untuk hati yang senantiasa lapang.
Terima kasih untuk keikhlasan yang senantiasa memaafkan.
Terima kasih untuk kesabaran yang tak henti dalam perjuangan.
Terima kasih untuk kekuatan yang terus menjagaku dari kelemahan.
Terima kasih untuk keluarga yang senantiasa membingku menuju ke jalan-Mu.
Terima kasih untuk ilmu yang membuatku tumbuh dalam perkembangan.
Terima kasih untuk segala yang tak pernah kusadari hingga aku lupa menyebutkannya kepada-Mu.
Dan yang terpenting, terima kasih untuk keimanan yang menguatkan langkah kakiku untuk meraih ridho dan Syurga-Mu.
Tuesday, June 17, 2014
Pelajaran Kehidupan #2
Setiap manusia tentu akan merasakan posisi dimana ia tak mampu lagi menahan beban masalah yg dimilikinya. Cobaan demi cobaan akan hadir tanpa henti, hingga akhirnya ia ada pada ambang ketidakmampuan. Bagiku, setiap cobaan yang dating akan mampu di selesaikan, hanya saja bagaimana ia memandang setiap cobaan yang datang sebagai sebuah musibah atau sebuah berkah.
“ Allah menguji hamba-Nya sesuai kadar kemampuan hamba-Nya”
Dalam setiap cobaan kebanyakan akan berfikir bahwa itu adalah sebuah musibah. Pernahkah kita memandang pada sudut pandang lainnya? Apakah sebuah cobaan itu hadir hanya membawa musibah saja tanpa adanya hikmah? Apakah terlintas dalam benak kita bahwa cobaan itu sebenarnya teguran agar kita melihat sebuah hikmah?
Menghadapi cobaan dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran. Mereka yang hebat akan memiliki amunisi keikhlasan dan kesabaran yang banyak, karena mereka yang hebat sudah siap menghadapi perang. Bukan hidup namanya jika tak ada cobaan sebagai bumbu kehidupan.
Allah punya rencana yang lebih indah dengan memberikan kita cobaan, walaupun cobaan itu bukan hal yang indah bagi kita.
Solo, 17 Juni 2014
“ Allah menguji hamba-Nya sesuai kadar kemampuan hamba-Nya”
Dalam setiap cobaan kebanyakan akan berfikir bahwa itu adalah sebuah musibah. Pernahkah kita memandang pada sudut pandang lainnya? Apakah sebuah cobaan itu hadir hanya membawa musibah saja tanpa adanya hikmah? Apakah terlintas dalam benak kita bahwa cobaan itu sebenarnya teguran agar kita melihat sebuah hikmah?
Menghadapi cobaan dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran. Mereka yang hebat akan memiliki amunisi keikhlasan dan kesabaran yang banyak, karena mereka yang hebat sudah siap menghadapi perang. Bukan hidup namanya jika tak ada cobaan sebagai bumbu kehidupan.
Allah punya rencana yang lebih indah dengan memberikan kita cobaan, walaupun cobaan itu bukan hal yang indah bagi kita.
Solo, 17 Juni 2014
Thursday, June 12, 2014
Lebihkan usaha di atas rata-rata
" Lebihkan usaha di atas rata-rata “ -Ahmad Fuadi-
Kalimat di atas aku dapatkan dalam sebuah seminar nasional “Muslim Go International, Assalamu’alaykum World”, yang kebetulan salah satu pembicaranya adalah Ahmad Fuadi, seorang penulis Best Seller trilogy Negeri 5 Menara. Dan ini menjadi cambukkan bagiku yang memulai langkah demi langkah kecil melakukan perubahan. Sama seperti sebuah kalimat cambukkan lainnya yang berbunyi :
“Jika ingin menjadi orang-orang yang luar biasa lakukan hal yang luar biasa bukan hal-hal yang biasa “
Menjadi sesuatu yang luar biasa itu harus mengorbankan hal-hal yang jauh lebih besar dari orang biasa. Berbeda itu belum tentu yang terbaik, namun yang terbaik pastilah berbeda. Dari beberapa kalimat cambukkan di atas akhirnya aku menyadari bahwa segala sesuatu yang kita inginkan membutuhkan pengorbanan yang harus digadaikan juga. Ketika kita ingin menjadi pembisnis maka kita harus mengorbankan uang jajan kita, mengorbankan waktu main kita, dan banyak hal yang harus ditukarkan. Karena, kesuksesan itu tidak di dapatkan secara gratis, harus ada nilai yang ditukar dengan sebuah kesuksesan.
Dari seminar nasional di atas, akhirnya aku menyimpulkan bahwa merancang sebuah mimpi itu jangan setengah-setengah, jangan gantungakan mimpi setinggi atap saja, namun gantungkan mimpi setinggi syurga, karena mimpi yang setinggi-tingginya akan membuat kita berusaha sebaik-baiknya. Jangan berfikir untuk menjadi sesuatu yang rata-rata, namun berfikirlah untuk menjadi sesuatu yang di atas rata-rata.
Contoh :
Jika rata-rata anak membaca 1 jam, maka lebihkan rata-rata anak tersebut hingga kita membaca 2 jam. Tapi jangan lebihkan rata-rata untuk hal-hal yang sifatnya sia-sia, misalnya melebihkan rata-rata bermain yang biasanya 2 jama menjadi 3 jam.
Karena kesuksesanmu akan terbentuk dari hasil kebiasaanmu. Salam "Man jadda wa jadda"
Kalimat di atas aku dapatkan dalam sebuah seminar nasional “Muslim Go International, Assalamu’alaykum World”, yang kebetulan salah satu pembicaranya adalah Ahmad Fuadi, seorang penulis Best Seller trilogy Negeri 5 Menara. Dan ini menjadi cambukkan bagiku yang memulai langkah demi langkah kecil melakukan perubahan. Sama seperti sebuah kalimat cambukkan lainnya yang berbunyi :
“Jika ingin menjadi orang-orang yang luar biasa lakukan hal yang luar biasa bukan hal-hal yang biasa “
Menjadi sesuatu yang luar biasa itu harus mengorbankan hal-hal yang jauh lebih besar dari orang biasa. Berbeda itu belum tentu yang terbaik, namun yang terbaik pastilah berbeda. Dari beberapa kalimat cambukkan di atas akhirnya aku menyadari bahwa segala sesuatu yang kita inginkan membutuhkan pengorbanan yang harus digadaikan juga. Ketika kita ingin menjadi pembisnis maka kita harus mengorbankan uang jajan kita, mengorbankan waktu main kita, dan banyak hal yang harus ditukarkan. Karena, kesuksesan itu tidak di dapatkan secara gratis, harus ada nilai yang ditukar dengan sebuah kesuksesan.
Dari seminar nasional di atas, akhirnya aku menyimpulkan bahwa merancang sebuah mimpi itu jangan setengah-setengah, jangan gantungakan mimpi setinggi atap saja, namun gantungkan mimpi setinggi syurga, karena mimpi yang setinggi-tingginya akan membuat kita berusaha sebaik-baiknya. Jangan berfikir untuk menjadi sesuatu yang rata-rata, namun berfikirlah untuk menjadi sesuatu yang di atas rata-rata.
Contoh :
Jika rata-rata anak membaca 1 jam, maka lebihkan rata-rata anak tersebut hingga kita membaca 2 jam. Tapi jangan lebihkan rata-rata untuk hal-hal yang sifatnya sia-sia, misalnya melebihkan rata-rata bermain yang biasanya 2 jama menjadi 3 jam.
Karena kesuksesanmu akan terbentuk dari hasil kebiasaanmu. Salam "Man jadda wa jadda"
Pelajaran kehidupan #1
Hai rasanya blog ini sudah usang sekali. Perlu beberapa pembaharuan, namun waktuku belum luang untuk mengotak-atik blog ini. Hanya sempat menuliskan beberapa goresan kalimat, di sela-sela waktuku menunggu. Mungkin terlihat sok sibuk, namun beginilah adanya. Ku jeda sebentar waktuku untuk bersyukur kepada Sang Pemilik Jiwa, yang dengan KeagunganNya memberiku kesempatan untuk tetap bernapas, dan atas segala nikmatNya yang tak berkesudahan.
Sudah 10 bulan aku resmi menjadi bagian warga Solo, bukan karena aku berpindah tapi karena aku sedang berjuang mewujudkan satu persatu mimpiku yang belum tercoret. Tapi disinilah aku belajar banyak hal yang luar biasa, disini pula aku bertemu dengan banyak orang hebat yang mengajarkan mata kuliah kehidupan. Aku tinggal di kost putri seorang diri, bukan aku tidak mau bersosial dengan mengurung diri sendiri, hanya saja memang kost ku menetapkan satu kamar untuk satu orang. Jarak dari kost ke kampus lumayan jauh tapi masih terjangkau dengan berjalan kaki, jika temanku yang menggunakan motor bisa menempuhnya dengan 4 menit, mungkin aku menempuhnya 8 menit. Ya, aku memang tidak diberikan izin untuk mengendarai motor, hingga akhirnya aku harus berjalan kaki atau menumpang dengan temanku. Bukan karena aku nakal sehingga orang tuaku takut aku keluyuran, tapi karena kecintaan Buya yang sangat kepada anak gadisnya ini, sehingga buya takut terjadi sesuatu saat aku mengendarai motor. Berlebihan? Tidak, bagiku buya melakukan pencegahan sebelum terjadi sesuatu. Walaupun jujur saja, aku merasa sangat kesulitan untuk bepergian kemana-mana. Dalam kisah ini aku ingin berbagi hal yang akhirnya membuatku bersyukur atas scenario hidupku.
Aku harus mencari teman yang bisa aku tumpangi setiap berangkat kuliah. Dengan aku menumpang, aku lebih menghargai waktu, aku bersiap lebih awal dari orang lain, aku memulai start lebih dulu. Karena, aku tidak mau membuat orang menunggu, jika aku dijemput jam 10, aku akan siap sejak jam setengah 10. Kebiasaan yang aku lakukan ini akhirnya membuatku sadar bahwa setiap detik sangat berarti, ibarat pedang yang menebas setiap detik waktu yang sudah terlewat. Pada akhirnya aku menjadi disiplin, aku merasa gelisah saat aku tidak tepat waktu, aku merasa bersalah ketika aku harus ditunggu. Dan dari sinilah aku selalu membuat jadwal rutinku, aku terbiasa mengerjakan segala sesuatu dengan sigap tanpa mengulur-ulur waktu. Dan kelak, inilah yang akan menjadi titik awal kesuksesan. DISIPLIN dan MENGHARGAI WAKTU karena itu salah satu ciri muslim sejati. :)
Sudah 10 bulan aku resmi menjadi bagian warga Solo, bukan karena aku berpindah tapi karena aku sedang berjuang mewujudkan satu persatu mimpiku yang belum tercoret. Tapi disinilah aku belajar banyak hal yang luar biasa, disini pula aku bertemu dengan banyak orang hebat yang mengajarkan mata kuliah kehidupan. Aku tinggal di kost putri seorang diri, bukan aku tidak mau bersosial dengan mengurung diri sendiri, hanya saja memang kost ku menetapkan satu kamar untuk satu orang. Jarak dari kost ke kampus lumayan jauh tapi masih terjangkau dengan berjalan kaki, jika temanku yang menggunakan motor bisa menempuhnya dengan 4 menit, mungkin aku menempuhnya 8 menit. Ya, aku memang tidak diberikan izin untuk mengendarai motor, hingga akhirnya aku harus berjalan kaki atau menumpang dengan temanku. Bukan karena aku nakal sehingga orang tuaku takut aku keluyuran, tapi karena kecintaan Buya yang sangat kepada anak gadisnya ini, sehingga buya takut terjadi sesuatu saat aku mengendarai motor. Berlebihan? Tidak, bagiku buya melakukan pencegahan sebelum terjadi sesuatu. Walaupun jujur saja, aku merasa sangat kesulitan untuk bepergian kemana-mana. Dalam kisah ini aku ingin berbagi hal yang akhirnya membuatku bersyukur atas scenario hidupku.
Aku harus mencari teman yang bisa aku tumpangi setiap berangkat kuliah. Dengan aku menumpang, aku lebih menghargai waktu, aku bersiap lebih awal dari orang lain, aku memulai start lebih dulu. Karena, aku tidak mau membuat orang menunggu, jika aku dijemput jam 10, aku akan siap sejak jam setengah 10. Kebiasaan yang aku lakukan ini akhirnya membuatku sadar bahwa setiap detik sangat berarti, ibarat pedang yang menebas setiap detik waktu yang sudah terlewat. Pada akhirnya aku menjadi disiplin, aku merasa gelisah saat aku tidak tepat waktu, aku merasa bersalah ketika aku harus ditunggu. Dan dari sinilah aku selalu membuat jadwal rutinku, aku terbiasa mengerjakan segala sesuatu dengan sigap tanpa mengulur-ulur waktu. Dan kelak, inilah yang akan menjadi titik awal kesuksesan. DISIPLIN dan MENGHARGAI WAKTU karena itu salah satu ciri muslim sejati. :)
Subscribe to:
Posts (Atom)