Hai rasanya blog ini sudah usang sekali. Perlu beberapa pembaharuan, namun waktuku belum luang untuk mengotak-atik blog ini. Hanya sempat menuliskan beberapa goresan kalimat, di sela-sela waktuku menunggu. Mungkin terlihat sok sibuk, namun beginilah adanya. Ku jeda sebentar waktuku untuk bersyukur kepada Sang Pemilik Jiwa, yang dengan KeagunganNya memberiku kesempatan untuk tetap bernapas, dan atas segala nikmatNya yang tak berkesudahan.
Sudah 10 bulan aku resmi menjadi bagian warga Solo, bukan karena aku berpindah tapi karena aku sedang berjuang mewujudkan satu persatu mimpiku yang belum tercoret. Tapi disinilah aku belajar banyak hal yang luar biasa, disini pula aku bertemu dengan banyak orang hebat yang mengajarkan mata kuliah kehidupan. Aku tinggal di kost putri seorang diri, bukan aku tidak mau bersosial dengan mengurung diri sendiri, hanya saja memang kost ku menetapkan satu kamar untuk satu orang. Jarak dari kost ke kampus lumayan jauh tapi masih terjangkau dengan berjalan kaki, jika temanku yang menggunakan motor bisa menempuhnya dengan 4 menit, mungkin aku menempuhnya 8 menit. Ya, aku memang tidak diberikan izin untuk mengendarai motor, hingga akhirnya aku harus berjalan kaki atau menumpang dengan temanku. Bukan karena aku nakal sehingga orang tuaku takut aku keluyuran, tapi karena kecintaan Buya yang sangat kepada anak gadisnya ini, sehingga buya takut terjadi sesuatu saat aku mengendarai motor. Berlebihan? Tidak, bagiku buya melakukan pencegahan sebelum terjadi sesuatu. Walaupun jujur saja, aku merasa sangat kesulitan untuk bepergian kemana-mana. Dalam kisah ini aku ingin berbagi hal yang akhirnya membuatku bersyukur atas scenario hidupku.
Aku harus mencari teman yang bisa aku tumpangi setiap berangkat kuliah. Dengan aku menumpang, aku lebih menghargai waktu, aku bersiap lebih awal dari orang lain, aku memulai start lebih dulu. Karena, aku tidak mau membuat orang menunggu, jika aku dijemput jam 10, aku akan siap sejak jam setengah 10. Kebiasaan yang aku lakukan ini akhirnya membuatku sadar bahwa setiap detik sangat berarti, ibarat pedang yang menebas setiap detik waktu yang sudah terlewat. Pada akhirnya aku menjadi disiplin, aku merasa gelisah saat aku tidak tepat waktu, aku merasa bersalah ketika aku harus ditunggu. Dan dari sinilah aku selalu membuat jadwal rutinku, aku terbiasa mengerjakan segala sesuatu dengan sigap tanpa mengulur-ulur waktu. Dan kelak, inilah yang akan menjadi titik awal kesuksesan. DISIPLIN dan MENGHARGAI WAKTU karena itu salah satu ciri muslim sejati. :)
No comments:
Post a Comment