Welcome to Cerita Sobrina

Monday, February 21, 2011

kasih sayang ibu

Cerita ini berkisah tentang kasih sayang seorang Ibu kepada anak-anaknya. Kasih sayang yang tidak pernah ada batasnya. Kisah ini berasal dari negeri Jiran, Malaysia. Kisah ini sudah dirubah ke dalam bahasa Indonesia, dan diceritakan kembali dengan bahasa sang penulis. 
By : Sobrina Fitriyah Ch
___SSS___
Gema takbir berkumandang, menggema menenangkan jiwa, memberi kebahagiaan bagi mereka yang sedang berkumpul dengan keluarga tercinta, kata maaf terucap dari bibir mereka yang merayakan hari nan fitri.
Berhentilah sebuah mobil di depan rumah kecil. Dari dalamnya turun 1 laki-laki dan 1 perempuan berpakaian islami. Masuklah mereka ke dalam rumah itu. Sang laki-laki mengambil sepucuk surat dari atas meja. Ia membuka surat itu, yang ternyata berisi tulisan Ibunya.
___SSS___
Di sebuah rumah kecil tinggalah seorang Ibu dengan 2 orang anak. Si Alung laki-laki dan si Ade perempuan. Sang Ibu menghidupi anaknya seorang diri, Ibu amat menyayangi kedua anaknya. Anaknya memiliki cita-cita yang amat tinggi. Sang Alung ingin menjadi photographer, sedangkan sang Ade ingin menjadi dokter.
Ketika mereka bertiga sedang berjalan di atas bukit, bermain-main gembira bersama. Si Ade terjatuh, dan dengan kasih sayang Ibu mengobati luka Ade. Hingga Ade berkata “ kalo aku udah besar, aku ingin jadi dokter, biar nanti bisa mengobati Ibu” kata Ade polos
Sang Ibu tersenyum, ia berdoa agar anaknya dapat mewujudkan cita-citanya.
___SSS___
Ketika anak-anaknya sedang belajar, sang Ibu melihat lukisan sang Alung. Alung mengeluh karena lukisannya jelek. Tapi sang Ibu membesarkan hati anaknya.
“lukisan Alung adalah lukisan paling bagus yang pernah Ibu lihat” Ibu berkata dengan lembut
“nanti kalo Alung udah besar,  Alung mau jadi photographer biar nanti kita foto bareng-bareng.” Kata Alung
___SSS___
Anak-anak sudah besar, dan cita-cita mereka tercapai. Alung menjadi photographer terkenal, dan Ade menjadi dokter yang sIbuk. Sang Ibu tinggal di rumah sendirian, tanpa teman. Rasa rindu pada anaknya tidak dapat tertahankan. Janji Alung untuk foto keluarga, tidak pernah terlaksana. Lukisan Alung tetap Ibu pasang di lemari.
Pada suatu hari Ibu menelpon Alung. Tapi ternyata Alung sedang sIbuk dan ia mengacuhkan Ibunya. Alung hanya berkata ia sedang sIbuk, dan dengan kecewa Ibu mengerti keadaan Alung.
Ibu dengan setia menanti kedatangan anak-anaknya. Tanpa lelah dan bosan, Ibu menanti kedatangan Alung dan Ade. Karena kesetiaan Ibu terhadap anak-anaknya sampai-sampai orang mengatakan,”Ibu gila, karena menunggu anaknya yang tidak datang-datang.
Karena kesibukan kerja kedua anaknya, Ibu sampai tidak berani menelepon kedua anaknya, karena ia takut mengganggu pekerjaan anaknya. Air mata menetes dari pelupuk matanya. Rindu itu sangat kuat, ikatan batin antara Ibu dengan anak-anaknya begitu lekat.
___SSS___
Hingga pada suatu hari, Ibu terdesak untuk menelepon Ade. Saat itu Ibu sedang sakit, dan ia sudah tidak bisa menahan lagi.
Kriiinggg…. Kringgg…
“halo ada apa bu?” tanya Ade
“Ibu sedang sakit!” jawab Ibu
“Ibu nanti dulu ya, banyak pasien menunggu” jawab Ade
Ibu pun mematikan telepon, Ibu sangat sedih karena anak-anaknya sudah melupakan ia. Dan akhirnya pada suatu saat Ibu meninggal.
___SSS___
Dalam suratnya Ibu meminta maaf jika berbuat salah, dan membuat susah. Anak-anaknya menyesal, namun segalnya sudah terlambat, Ibu sudah tiada. Sayangilah orangtua kalian, selama mereka masih ada.

No comments:

Post a Comment