Welcome to Cerita Sobrina

Tuesday, April 5, 2011

Dia Malaikat kami !!!


Dia malaikat kami !!!
By : Sobrina Fitriyah Ch
SMAIT Insantama

Bisik-bisik terdengar diantara keramaian, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia (apa sih jadi nyanyi???). Terlihat kumpulan cewek-cewek gaul yang sedang asyik berbincang-bincang. Sekelompok geng cewek popular di SMA Pelita Bangsa. Mereka adalah Imel sang leader, seorang model cantik, Arsya seorang anak pengusaha kaya raya bahkan katanya harta keluarganya ga bakal habis ampe 7 turunan  (lebbay…), Izza anak pengacara kondang yang udah pasti terjamin kehidupannya, dan Tamara anak pejabat Negara yang udah pasti bergelimpangan harta. Mereka memang cewek-cewek terkenal di SMA Pelita Bangsa, karena kedudukan dan kecantikan mereka.
Tertawa ria sepanjang koridor tanpa peduli orang di depan. Ketika mereka lewat hamparan karpet merah tergelar, semua siswa membuka formasi (kaya baris-berbaris aja) untuk jalan mereka. Seperti biasa geng cewek popular berkumpul di kantin membicarakan tentang fashion, cowok, dan hal ga penting lainnya.
 “eh..eh tau ga  sih lo, katanya bakal ada anak baru pindahan dari kampong gitu” celetuk Izza di tengah perbincangan
“what??? Anak kampung di sekolah kita yang elite gini?” jawab Arsya
“iya, katanya sih dia dapet besiswa gitu deh, makanya bisa masuk sini” sambung imel
“yah kita lihat aja deh nanti gimana anak baru itu, pasti kalah keren sama kita” kata Tamara
Mendengar perkataan Tamara semua tertawa. “HAHAHAHAHA……”
Setelah perbincangan pendek itu, mereka mengganti topic pembicaraan mengenai fashion terkini. Mulai dari mode baju, sepatu, dan gaya rambut. Mereka memang fashionable, wajarlah mereka anak-anak dari kalangan atas yang tinggal minta sama orang tua.
“ehh tau ga sih kemarin gue beli tas prada loh!!” pamer imel
“wah keren banget tuh, mau beli juga ahh!!” sambung Tamara
“oke gimana kalo kita kembaran lagi??” ajak Arsya
“setuju deh, besok gue minta uang deh” kata Izza
                                                       ___000__
Trenngggggggggg……..treennggggggggggg…. bel nyaring berbunyi.
Pelajaran pertama adalah fisika, suasana kelas sangat hening karena Pa Slamet terkenal galak. Tidak ada satu pun murid yang berisik, bahkan sekedar meminta izin ke toilet saja mereka tidak berani. Cewek popular pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka tidak ingin menjadi mangsa Pa Slamet.
___000___
Trenngggggggg……treennnggg…. Bel berbunyi pertanda berakhirnya jam pelajaran. Seluruh siswa bersorak bahagia, mereka bagaikan tawanan yang berhasil bebas (lebay ah). Hari itu berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Hingga bel tanda  pulang berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing.
“eh mel, kita ke salon yukk??” ajak Arsya
“emm gimana ya, gue mau ada acara sama radit” kata imel
“emang jam berapa acaranya mel??” tanya Tamara
“ntar sih jam 7 sore” kata imel
“ya ampun mel, masih lama kan  mending kita ke salon dulu. Jadi, ntar kalo loe ketemu radit loe udah cantik” usul Izza
“iya, loe bener juga ya, oke deh kita berangkat sekarang. GO!!!!”
Mereka berempat pergi ke salon langganan di daerah Tebet. Ketika mereka masuk para penyalon menyambut kedatangan mereka, dan menawarkan jasa mereka. Baiklah perawatan dimulai..
___000___
Esok harinya
Bu susi masuk kelas dan mengumumkan bahwa murid baru telah datang.
“anak-anak, hari ini teman baru kalian sudah hadir. Namanya adalah anastasya” kata bu susi seraya mempersilahkan anastasya masuk
Seluruh isi kelas tercengang begitu melihat anastasya masuk, bukan karena tampangnya rupawan, namun karena penampilannya, yang menurut pendapat mereka kuno dan aneh. Anastasya memakai baju panjang hingga mata kaki (jilbab/gamis) dan kerudung. Anastasya dipersilahkan untuk memperkenalkan diri.
“ana anastasya kholila al-haq panggil saja Sasa” katanya
Geng popular memandangnya dengan jijik, karena penampilannya yang dibilang aneh.
Sasa duduk disebelah farah, ternyata Sasa mudah bergaul sehingga tanpa waktu lama ia sudah dekat dengan teman sekelasnya.
___000___
Ketika waktu pulang sekolah tiba, Sasa bergegas pulang. Di tengah perjalanan geng popular mencegatnya.
“heh anak baru, udah sok ya kamu mau cari perhatian seisi sekolah” kata Izza
“wah kalian geng yang popular itu ya? ga nyangka kalian mau ngomong sama ana” jawabnya
“dasar aneh ya, udah ahh ngapain ngeladenin cewek aneh kaya gitu” kata Arsya
“anak baru ini harus tau siapa kita” kata imel
“ukhti, ga boleh bicara sembarangan, ana sudah tau siapa ukhti, maaf kalo memang tidak ada urusan lagi ana mau pergi dulu untuk mengaji” kata Sasa
“ehh sok banget, ngaji segala” kata Tamara
“ngaji itu wajib loch, jadi ana harus bersegera. Assalamualaikum”
___000___
Sasa ikut bergabung dengan sebuah kelompok mengaji. Ia melakukannya seminggu sekali, dengan serius. Dalam kelompok Sasa ada 4 orang teman lain yang sama-sama mengaji. Dalam kelompok tersebut mereka belajar mengenai pemahaman islam, pergaulan islam, dll. Sasa sangat bahagia karena ia memiliki kesempatan untuk mengaji, disaat teman-teman lainnya pergi ke salon, mal, pacaran, dan hal-haal yang nggak berguna. Sasa pulang ketika hari sudah petang, ia segera pulang ke rumah.
Uupss bukan berarti mentang-mentang baru pulang Sasa bermalas-malasan tapi Sasa membantu Ibunya, menyiapkan masakan untuk makan malam sambil berbincang.
“gimana sa, hari pertama sekolahmu??” tanya Ibu
“baik bu, temen-temenku baik semua ko.” Jawabnya
“syukur dech, kalo gitu brarti betah kan?”
“iya bu insya allah, Sasa betah”
“ya sudah kamu istirahat aja dulu” perintah Ibu
“emm, ya sudah bu Sasa istirahat dulu” jawab Sasa
___000___
Waktu makan malam.
Ayah pulang dari kantor, dan adik Sasa kiki naira anjani atau dipanggil kinar baru bangun tidur, maklumlah kinar baru berusia 3 tahun. Ketika makan malam, Sasa bersemangat sekali bercerita mengenai sekolah baru, dan teman-teman barunya. Kinar menjadi pendengar setianya, tanpa disadari ia berceletuk.
“bu kinal pinin tekolah, tama ka caca” celetuknya
“loh kan kinar masih kecil, masa mau sekolah di SMA, harusnya kinar sekolah di TK” kata Sasa
“ihh nda mayu kinal mau tekolah di ECEMA” katanya menggemaskan
Kinar ngambek karena keinginannya tidak dituruti, suasana makan malam itu sungguh berwarna karena adanya celotehan kinar yang lucu. Tidak jarang suara tawa terdengar dari keluarga mereka. Adzan isya berkumandang, mereka sekeluarga sholat berjamaah, setelah itu melanjutkan kesIbukan masing-masing. Sasa belajar di kamarnya, mau nggak mau dia harus mengejar beberapa ketertinggalannya. Bintang-bintang menghiasi langit malam, memberikan cahaya terangnya bagi penghuni bumi. Sasa terlelap dalam kesunyian malam. Menggapai mimpi indahnya, yang menjadi penghias tidur.
___000___
Sebulan kemudian
Tanpa terasa sudah satu bulan Sasa bersekolah di SMA Pelita Bangsa. Tak hentinya Sasa menjadi Sasaran geng popular itu. Walau badai menerpa Sasa tak pernah menyerah (?_?).
Sasa adalah murid kesayangan para guru, karena sifatnya yang santun dan kepandaiannya. Hal tersebut menambah iri anak-anak geng popular. Hingga pada suatu hari yang menegangkan (deg deg,, deg deg,,).
“heh lo tuh sok caper and sok pinter banget sih!!” kata Izza
“maaf, ada apa ya ukhti semua bilang seperti itu??” jawabnya
“ga usah sok alim deh, mentang-mentang pake baju panjang.” Kata imel
“sekarang masalah ukhti sama ana apa??”tanyanya
“lo tuh ga usah sok di hadapan guru, dan temen-temen” kata Arsya
“ana biasa aja ko”
“masa !!! ga usah mentang-mentang pinter deh, sadar diri lo bisa masuk sini karena beasiswa” ejek Izza
Bulir-bulir air mata menetes dari matanya yang bening, Sasa merasakan sesak di dadanya, mulutnya bisu bagaikan terkunci rapat tak dapat berkata, hanya pandangan kosong yang ada.
“dasar cengeng, sekarang diem kan lo. Udah tau kan kalo lo tuh ga ada apa-apanya tanpa santunan yang  dalam bahasa elitenya “BEASISWA”. Hahaha tawa mereka membuncah
Tangisan Sasa semakin menyakitkan, mendengar tangisannya membuat hati teriris pedih. Dengan kekuatannya Sasa berbicara
“emangnya kenapa kalo ana anak miskin yang hanya mengharapkan beasiswa untuk sekolah?? Apa yang salah dari semua ini?? Ana memang bukan orang yang kaya raya seperti ukhti semua, tapi ana tidak pernah membebani orang tua ana. Ana tidak pernah meminta kemewahan seperti yang ukhti lakukan. Ana hanya meminta kasih sayang dari mereka, yang mungkin tidak didapat anak lain. Tapi ana bahagia dengan ini semua.” Jawabnya sambil terisak-isak
Mereka berempat hanya terdiam bisu, tak dapat berkata sepatah kata pun. Sungguh kata-kata Sasa sangat mengena di hati. Dalam lubuk hati mereka yang terdalam ada kebenaran yang diucapkan oleh Sasa. Mereka hanya dimanjakan oleh harta yang bergelimpangan, namun mereka tidak mendapatkan kasih sayang yang mereka idamkan. Sasa merasa tidak enak setelah berkata begitu, walaupun hatinya telah lega mengatakannya namun di sis lain hatinya pun iba.
“kenapa ukhti diam?? Ana mohon maaf jika perkataan ana menyakiti ukhti. Ana tidak ingin ada dendam, sehingga ana mendzalimi ukhti.” Kata Sasa
Geng popular pergi meninggalkan Sasa sendirian. Dengan penuh kekhawatiran dan rasa bersalah Sasa pulang ke rumah.
___000___
Sesampainya di rumah Sasa segera masuk kamar, dan merenungi kejadian yang baru ia alami. Orang tuanya bingung dengan sikap anaknya, tapi orang tuanya mengerti bahwa Sasa butuh waktu sendiri.
___000___
Di SMA Pelita Bangsa
“Sasa.. Sasa.. Sasa” panggil imel
Sasa menoleh ke belakang dan terkejut melihat imel memanggilnya. Ia berhenti menunggu kedatangan imel.
“ada apa imel?? Ana minta maaf atas kejadian kemarin” katanya
“loh aku mau bilang makasih, kamu udah membuka pikiran aku. Memang perkataanmu kemarin begitu menusuk hatiku, karena yang kamu katakana benar. Aku hanya dimanjakan dengan harta.” Kata imel
“Alhamdulillah imel, akhirnya Allah membuka pikiran dan hatimu. Lalu apa kamu sudah bicara dengan orang tuamu??” tanyanya
“sudah, bahkan aku menunggu mereka datang hingga pukul 1 malam”  jawabnya
“lalu apa jawabannya??”
“papi dan mami meminta maaf padaku dan berjanji akan lebih mencurahkan kasih sayangnya untukku” jawab imel
“Alhamdulillah kalo begitu, ya sudah ayo kita masuk kelas” ajak Sasa
Mereka berdua masuk ke dalam kelas, diiringi sorot mata yang heran melihat keakraban mereka. Izza, Arsya, dan Tamara pun bersikap jauh lebih baik pada Sasa. Geng popular saat ini jauh lebih baik kepada semua murid.
___000___
Setahun kemudian
Tak terasa sudah setahun geng popular dan Sasa berteman. Mereka sudah kelas 12, dan bersiap untuk Ujian Nasional. Sasa yang pintar tidak pernah pelit untuk membagi ilmunya pada teman-temannya. Sasa menjadi seorang guru bimbel dan guru ngaji mereka. Alhamdulillah Izza, Tamara, Arsya, dan imel sudah mulai memakai kerudung walaupun tidak seperti Sasa. Tapi bagi Sasa perubahan itu sangat baik, karena mereka melakukannya berdasarkan kesadaran mereka sendiri.
Saat ini kegiatan mereka adalah menjadi anggota social, dan ikut mengaji di kelompok Sasa. Mereka selalu ada dalam setiap kebersamaan.
___000___
Hingga pada suatu hari ketika mereka berjalan di sisi jalan.
“ Izza, awaaasss” teriak Sasa seraya berlari
Braakkk suara tabrak itu terdengar sangat keras. Suara teriak histeris mengiringi kejadian tersebut. Terlambat Sasa tertabrak mobil yang tadi hendak menabrak Izza, namun Sasa segera berlari melindungi Izza dan akhirnya. Ambulan segera datang ke lokasi kejadian membawa Sasa ke rumah sakit. Imel dan teman-temannya mengiringi ambulan tersebut menuju rumah sakit. Di tengah perjalanan Arsya memberitahu orang tua Sasa. Tanpa menunggu lama orang tua Sasa bergegas ke rumah sakit. Sasa sudah masuk ruang gawat darurat, dan sedang ditangani tim dokter. Selama 3 hari Sasa mengalami koma, hingga pada suatu hari Sasa sadar dari komanya.
“orang tua Sasa, dan keluarganya silahkan masuk. Sasa sudah sadar” kata dokter
Orang tua Sasa, imel dkk segera masuk ke ruangan.
“Sasa Alhamdulillah kamu sudah sadar” kata Ibu
“iya sa, Alhamdulillah kamu sudah sadar, terima kasih kamu menyelamatkan nyawaku” kata Izza
Sasa hanya dapat terdiam kaku, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya.
“sa….sa mi,,mi,,n,ta ma,,ma,,af” ujarnya terbata-bata
“iya sasa Ibu dan Ayah sudah memaafkan, sayang” jawab Ibu
“ka,,ka,,lian ha,,ha,,rus jadi mus,,limah” ujarnya
“iya Sasa kami berjanji akan menjadi muslimah dan memakai pakaian muslimah, nanti kamu harus temenin aku beli pakaiannya ya” kata imel
“maaf”  kata Sasa lemah
Jeritan histeris menggema di ruangan tersebut, tangis pun pecah membanjiri ruangan. Sasa pergi meninggalkan dunia setelah ia mengucakan syahadat. Teman-teman Sasa amat terpukul dengan kejadian tersebut, mereka merasa bersalah banyak padanya.
___000___
Waktu terus berjalan Sasa memang telah pergi namun kenangannya masih tetap bersama kami. Izza, Tamara, Arsya, imel berubah drastis. Kini mereka memakai gamis (jilbab) dan kerudung seperti Sasa dahulu. Bagi mereka Sasa adalah seorang malaikat yang hadir untuk menyadarkan mereka. Dan akhirnya mereka berempat hidup dengan Islam yang membuat mereka tenang.
“Selamat tinggal Sasa, kami selalu menyayangimu!!” 

No comments:

Post a Comment