Welcome to Cerita Sobrina

Monday, December 15, 2014

Mahkota Sang Bidadari




“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik, sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-Waaqiah [56] : 22-24)
Seruni Aqila Al-Haq
Orang tuaku beharap kelak aku menjadi wanita yang selalu menyampaikan kebenaran dan tumbuh seperti bunga seruni, yang dicintai banyak orang dan bermanfaat bagi orang banyak. Aku seorang muslimah, aku seorang muslimah yang terlahir untuk membuktikan bahwa agamaku benar, agamaku sempurna, dan aku pun terlahir untuk memberikan hidupku kepada Sang Pencipta dengan beribadah kepada-Nya.
Agustus silam…
Aku seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi, berada sendiri disini tanpa kerabat membuatku harus istiqomah dengan identitasku. Wajib hukumnya bagi seorang muslimah menutup aurat, seperti dalam Al-Qur’an surah Al- Ahzab 59 “ Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, “ Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”  
Bulan ini adalah masa orientasi mahasiswa baru, dengan segudang tugas dari senior aku pun harus menjalankan apa yang diperintah senior. Namun hal pertama yang aku lirik adalah pakaian yang harus di gunakan yakni kemeja putih dengan rok hitam serta ikat pinggang. Aku sedari dulu terbiasa menggunakan gamis, awalnya karena tuntutan sekolahku yang memang berbasis Islamic School namun, semakin aku beranjak dewasa aku menyadari bahwa gamis (jilbab) merupakan pakaian wajib muslimah. Bismillah Allah bersamaku, aku yakin! Akhirnya agar tetap mengikuti peraturan kampus dan peraturan Allah, aku membawa kemeja putih dan rok hitam ke penjahit “Bu, tolong disambung ya kemeja sama rok nya, tapi jangan dirubah biar terlihat seperti potongan dan atasan” pintaku. Masa orientasi pun sudah berlalu, kini aku sudah resmi menjadi seorang mahasiswi jurusan Fisioterapi. Jurusan yang mana akan ada banyak praktek dan latihan dengan gerak tubuh.
Beberapa bulan kemudian Himpunan Mahasiswa Program studi Fisioterapi mengadakan kegiatan Malam Keakraban, yang mana peserta diminta untuk membawa pakaian olahraga untuk kegiatan outbound. Lagi-lagi aku pun harus mengakalinya, aku tetap tenang di tengah kegalauan yang melanda, apakah aku akan menanggalkan gamisku untuk outbound? Bismillah Allah bersamaku, aku yakin! Akhirnya aku memasukkan gamisku yang cukup lebar sehingga aku dapat bergerak leluasa. Pagi itu teman-temanku sudah berganti pakaian olahraga, aku pun demikian. Mereka semua mengenakan celana, hanya aku yang terbungkus rapi dengan gamisku, jantungku berdebar-debar, otakku menstimulus rasa tidak percaya diri. “ Ayooo, kamu bisa” ucapku lirih menyemangati diri sendiri. Hingga seorang panitia menghampiriku
“ Kamu belum ganti pakaian olahraga? Kita mau outbound” ucapnya
“ Saya izin pakai pakaian ini ya kak” ucapku bergetar
Alhamdulillah panitia itu hanya tersenyum seraya mengangguk. “ Terima kasih Ya Allah” batinku
Di pos 5 rupanya peserta harus melewati tantangan untuk mencari kertas di atas bukit yang terjal, salah seorang teman sekelompokku menatapku ragu. Aku hanya tersenyum seraya berkata “ Tenang aja aku udah biasa daki gunung pakai pakaian seperti ini”. Akhirnya ia tersenyum mengangguk seraya menyemangatiku. Aku berlari, memanjat, dan menaiki setiap undakan bukit nan tinggi. Gamis yang membalut tubuhku tidak menghalangi langkahku, aku pun menjaga agar gamisku tidak tersingkap tinggi walaupun aku mengenakan celana panjang. “ Berhasil! Kelompokku menjadi pemenangnya”. Rangkaian acara berjalan dengan lancar, pun dengan hatiku. Ada seberkas rasa bahagia dan bangga yang menyelimutiku. “ Ya Allah hamba-Mu ini akan istiqomah dengan identitasnya, berilah kekuatan hamba-Mu ini”.
Aku sudah beradaptasi dengan lingkungan baruku, teman-temanku memang mengenakan penutup kepala (kerudung) namun, banyak dari mereka yang belum mengenakan gamis. Mereka adalah orang-orang yang fashionable, mengikuti trend kini. Bahkan terkadang aku iri melihat mereka yang modis walaupun tidak syar’i, tapi segera ku tepis pikiranku. Aku lebih bangga dengan pakaianku, aku bangga menjadi muslimah di semesta ini. Banyak kegiatan yang menuntutku untuk mengenakan potongan atasan-bawahan namun aku pun selalu mengakalinya dengan menyambung pakainku.
Aku dikenal sebagai seorang mahasiswi supel dan aktif. Aku ikut beberapa organisasi,namun akademikku pun tetap baik, walaupun terkadang banyak orang yang berbisik melihatku selalu mengenakan gamis. Karena sifatku seiring berjalannya waktu aku memiliki banyak teman, tidak hanya dari jurusanku namun dari berbagai jurusan. Aku selalu menanamkan dalam diriku “Take a great principle to get a best truth”.
___SSS___
“Islam dulu datang dalam keadaan aneh, dan suatu saat Islam itu akan dianggap aneh. Maka berbahagialah orang yang dianggap aneh tersebut, yakni orang yang melakukan perbaikan di tengah kondisi yang rusak” (HR.Muslim)
Beberapa bulan kemudian
“ting, ting” BBM ku berbunyi, ku lirik layar HP ku. Terkadang aku malas membukanya karena banyak orang di contact bbm yang sekedar broadcast. Namun aku terkejut ketika tertera nama Fana, teman sekelasku yang terkenal modis. Segera ku buka bbm darinya
“ Hai Seruni apa kabar?” tanyanya
“ Alhamdulillah baik, kamu gimana?”
“ Alhamdulillah aku juga baik J
“ Ada apa Fana? Apa ada yang bisa aku bantu?” tanyaku
Dari situlah kami mulai dekat, Fana sering bertanya-tanya tentang banyak hal. Tentang gamisku, tentang akademik, dan banyak hal yang sering kami diskusikan. Hingga pada suatu hari ia berkata kepadaku dan membuat hatiku berdesir.
 “ Seruni, aku pingin berjilbab syar’i” ucapnya
“ Alhamdulillah, boleh banget na. Tapi, sebelumnya kamu harus tau kalo jilbab itu bukan penutup kepala (kerudung) yang menjulur panjang. Jilbab itu baju yang menjulur sampai ke mata kaki menutupi aurat kita” jawabku
“ Oh gitu, Fana kira jilbab itu kerudung panjang gitu.”
“ Enggak Fana, tapi biar begitu kita tetep wajib pake kerudung yang menutupi dada. Selain itu jangan berlebihan, banyak orang pakai gamis dan kerudung panjang karena lagi trend nya. Bismillah niatkan semuanya karena emang kita mau berubah di hadapan Allah” jawabku panjang
“ Iya deh Seruni Insya Allah aku niatkan semuanya unuk Allah” jawabnya
“ Iya Fana, pokoknya ga usah khawatir kalo ada yang nyindir atau ngelihatin aneh. Emang pasti kayak gitu orang-orang ngelihat aneh ke kita yang berubah, tapi memang orang-orang pilihan Allah itu terasing. Kaya Nabi Muhammad dulu terasing, tapi kalau Nabi nyerah ga aka nada Islam di dunia ini”
“ Iya Seruni, makasih banyak ya. Aku juga mau belajar proses sedikit-sedikit ya” ucapnya
“ Iya Fana aku dukung kamu, tenang aja”
___SSS___
“ Dunia itu perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah.”
HR Muslim

Keesokan harinya di kampus…
Aku duduk manis di depan ruangan yang masih terisi kelas lain. Beberapa ku lihat teman-temanku berbincang satu dengan yang lain, ada juga yang ber-selfie ria, dan beberapa yang sibuk dengan gadgetnya. Ku pasang headset di telingaku, sambil berdendang dalam hati, aku larut dalam imajinasiku. “Kelak setelah lulus dari kampus ini, aku mendapat tawaran besiswa ke Belanda. Aku pasti bisa!” batinku menggebu-gebu. Tak lama kemudian temanku Danish menghampiriku dan berkata “ Seruni aku punya kejutan, hitung ya 1…2…3…” teriaknya. Kemudian ku lihat seseorang berdiri tepat di hadapanku, “FANA Subhanallah” ujarku. Ia hanya tersenyum “ Iya nih, masih belum sempurna tapi, banyak yang nanyain sih” katanya. “ Gapapa, pelan-pelan di nikmati prosesnya” ucapku. Waktu pergantian kelas berbunyi, kami segera masuk ruangan.
___SSS___
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki atau perempuan.” (QS. Al-Imran 195)
Bagiku pakaianku layaknya sebuah mahkota bagi sang Ratu, pedang bagi sang pemimpin perang, dan cahaya bagi sang kegelapan. Pakaian memang bukanlah hal yang paling utana jika dibandingkan dengan keimanan, tapi bagi seorang muslimah pakaian sempurna merupakan bukti bahwa ia beriman. Pakaian muslimah adalah identitas  ibarat mahkota bagi seorang Ratu, tanpa mahkota seorang wanita tak akan disebut Ratu. Begitu pun dengan muslimah, tanpa pakaian (gamis+kerudung) ia tak akan disebut muslimah. “I will get my own crown soon!” bukan mahkota seorang ratu namun aku akan mendapatkan mahkota sang bidadari.
___SSS___
Masa-masa ujian akhir semester membuat pikiranku sedikit kacau, beberapa amanah yang harus aku selesaikan di organisasi, dan membagi waktu untuk belajar. Hingga suatu saat semangatku patah, terbesit wajah Ibu. Tanpa menunggu segera ku raih HP ku, terdengar nada tunggu, tak lama kemudian suara lembut yang menenangkan terdengar di seberang sambungan “ Ibu, Seruni kangen ibu. Rasanya capek banget bu, pingin pulang peluk ibu” ucapku
“ Ga boleh gitu nak, harus semangat. Ibu percaya kamu amanah. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat mbak. Semua ibu lakukan karena ibu teramat sayang sama kalian” jawab ibu
Aku hanya menangis sambil merenung. “ Ya Allah kuatkanlah langkahku yang sedang patah semangat ini” batinku
Masa ujian adalah masa dimana beberapa orang menjadi individualis, namun beberapa mengajarkan teman-temannya. Aku yakin Allah tak akan mengabaikan usaha hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh. Sudah menjadi hal biasa jika masa ujian banyak terjadi kecurangan. Catatan kecil di kertas, contekan di HP, bahkan yang secara terang-terangan bertanya pun ada. Aku berusaha focus dengan lembar jawaban di hadapanku, sedih rasanya melihat beberapa teman yang berbuat curang. Sudah aku beritahu pun tak di gubrisnya, aku hanya berdoa agar Allah mengampuni mereka. Hari demi hari ujian terlewati, aku bersyukur karena hingga saat ini aku istiqomah dengan identitasku sebagai seorang muslimah. Kini aku tak sendiri dalam keterasingan, beberapa temanku mulai ikut mengenakan pakaian syar’i. Alhamdulillah ya Allah.
___SSS___
“ Teman-teman kita mau buat seragam olahraga untuk mata kuliah praktek, kan ga mungkin kita pake pakaian biasa. Jadi nanti kumpulin uang 120.000 ke bendahara ya.” ucap ketua kelas
“ Baju olahraga nya kaya apa?” tanya Nara
“ Pokoknya ntar dicariin yang bahan kaos polo sama celana training” jawabnya
Aku segera berpikir akan ku rancang seperti apa baju olahragaku nanti. Ku ambil sketch book segera ku gambar rancangan baju olahragaku. Tak sadar dengan keadaan sekitar rupanya Fana memperhatikanku.
“Itu untuk baju olahraganya ni?” tanyanya mengejutkanku
“Hehe, iya nih mau aku sambung baju olahraganya.”
“Aku juga ah, ntar aku titip kainnya sama kamu ya. Ntar kalo udah jadi biar langsung dibawa ke penjahit”
“Oke deh Fana” aku tersenyum bahagia
Sejak kejadian menyambung pakaian yang berulang-ulang aku jadi senang membuat design pakaian. Halaman demi halaman sketch book mulai penuh dengan design gamis. Aku mulai menikmati hobi baruku ini, beberapa temanku bahkan memintaku untuk mendesignkan baju untuknya.
“ Seruni baju kamu lucu banget, suka deh aku lihatnya” ucap Shaly
“ Eh iya ini buat sendiri nyoba-nyoba” jawabku
“ Bagus tau, kamu suka buat design juga ya?”
“ Iya nih soalnya aku kan tinggi jadi kalo beli baju pasti nambah bahan, makanya nyoba design sendiri”
“ Wah bagus dong, jadi kreatif. Udah jadi designer aja kamu, hehehe” ujarnya
“ Iya nih, jadi fisioterapis yang nyambil designer. Lumayanlah udah ada 4 design yang udah aku buat” jawabku
Tak lama perbincanganku denga Shaly, tiba-tiba temanku Septi datang.
“ Seruni aku pingin coba pake gamis, buatin design dong yang cocok untuk aku.” ucap Septi
“ Oh iya deh ntar aku buatin, atau kamu lihat aja dulu design yang udah jadi” jawabku
“Iya deh, ntar aku ke kost kamu ya”
Aku tersenyum bahagia, dan bidadari-bidadari bermata jeli pun tersenyum melihatnya.
___SSS___
“Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan” (QS.Ar- Rahman 58)
Puncak Sikunir Dieng
Pukul 03.30 WIB
Dinginnya angin menusuk tulang, aku sudah mengenakan beberapa rangkap pakaian yang dapat menghangatkan tubuh. Ini adalah pendakianku ke-sekian kalinya, meskipun hanya sebuah bukit namun pendakian ini cukup menguras tenaga. Jalanan yang terjal ditambah dengan basah embun pagi. Kabut tipis masih menyelimuti, langit masih gelap, mentari belum nampak di ufuk barat. Aku masih mendaki menuju puncak, sesekali berhenti untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Sejam kemudian kami tiba di puncak, sambil menunggu mentari terbit aku beristirahat. Membersihkan ujung gamisku yang terkena tanah basah. Langit mulai terang, kegelapan mulai menipis berganti dengan cahaya temaram. Di ufuk barat nampak matahari mulai terbit sedikit demi sedikit menggantikan gelapnya malam. Subhanallah indahnya paduan orange, kuning, abu-abu, biru muda, dan gumpalan awan putih berlatarkan pesona gunung di seberang. Aku merasa menjadi seorang ratu di atas awan. Banyak orang menatapku aneh sambil tertawa kecil, bukan hal yang aneh jika mereka memandangku karena aku mendaki mengenakan gamis. Aku justru merasa bangga, karena aku dapat menunjukan bahwa gamis dan kerudungku tak menghalangi langkah kecilku untuk menjajaki puncak bumi. Aku seorang muslimah yang bangga dengan identitasku kini berdiri di puncak sikunir, memandang lurus menikmati golden sunrise terindah di Asia. Karena akan ku raih mahkota sang bidadari, sehingga bidadari pun cemburu. J
___SSS___

Rasulullah pernah ditanya bidadari “ Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia yang shalehah ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “ Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat.”
Ditanya lagi, “ Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?”
Beliu menjawab “ Karena sholat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih berseri, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannyakekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka (Bidadari) berkata, “ Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami selalu lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dn tidka beranjak sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.” (HR.Ath Thabrani, dari Ummu Salamah)



-Sobrina Fitriyah Choirunnisa-

No comments:

Post a Comment