Welcome to Cerita Sobrina

Wednesday, June 8, 2011

Hijau bumiku, hijau pohonku

Hijau bumiku, hijau pohonku

Rani dan Rara adalah dua orang sahabat yang sudah bersahabat sejak mereka TK. Mereka berdua tinggal di komplek perumahan yang sama, tak heran jika mereka berdua sangat dekat. Namun sifat keduanya bertolak belakang, bagaikan langit dan bumi.  Rani gadis manis yang ulet, rajin, dan cinta lingkungan. Sedangkan Rara gadis tomboy yang ceria, semangat, namun cuek pada keadaan sekitarnya.
___SSS___
Sore itu mereka pergi ke taman di belakang komplek perumahan. Rani asyik melihat bunga-bunga yang bermekaran merekah menebar harumnya memamerkan warnanya, memberikan kedamaian bagi mereka yang melihatnya. Sedangkan Rara sibuk membaca komik detektif Conan didampingi sebungkus roti dan segelas Tupperware susu coklat dingin.
“ Ehh Ra, lihat deh bunganya indah banget, warnanya merah, harum banget lagi” kata Rani
“ Ahh males, lagi tanggung nih baca komik Conan, udah kamu lihat aja sendiri” jawab Rara cuek
“ Yee,, kamu kok gitu! Lihat dulu bagus tau..” balas Rani
“ Iya-iya ntar deh, nanggung nih udah mau selesai bacanya” katanya
“ Huh.. terserah kamu aja deh.” Kata Rani
Saat itu Rani berkeliling taman melihat keindahan bunga-bunga lainnya. Sedangkan Rara telah selesai menghabiskan sebungkus roti, lalu ia melempar begitu saja bungkus rotinya ke jalan. Rani yang sudah kembali dari jalan-jalannya langsung menegur Rara.
“ Ehh Ra, jangan buang sampah sembarangan dong! Kan udah ada tempat sampah” kata Rani
“ Ahh biar aja, ntar juga dipungut sama tukang bersih-bersihnya” jawabnya cuek
“ Ehh tapi kamu juga harus bisa menjaga kebersihan” kata Rani
“ Kalo aku jaga kebersihan, enak dong tukang bersih-bersihnya ga usah kerja tapi dibayar” kata Rara
“ Astagfirullah Rara, kamu ga boleh kaya gitu. Menjaga kebersihan itu sebagian dari iman loh!” kata Rani
“Udah deh, kamu mulai nyalahin aku. Iya-iya aku buang ke tempat sampah” Rara memungut bungkus tersebut sambil menggerutu
Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai bersembunyi di ufuk barat. Sekawanan burung-burung gereja sudah berterbangan di langit ingin pulang, hembusan angin membelai lembut penuh kehangatan.   Rani dan Rara pun meninggalkan taman dan pulang ke rumah masing-masing.
“ Udah dulu ya Ran, besok pagi aku ke rumah kamu, kita main lagi mumpung libur” ucap Rara
“ Oke deh Ra. Siipp!!!” jawab Rani
Mereka pun berpisah di ujung jalan Kenanga. Rani kembali ke rumahnya, sedangkan Rara ia masih sempat mampir ke warung untuk membeli kopi.
___SSS___
Pagi itu Rani terlihat asyik di taman bunga  yang ada di halaman belakang rumahnya.
Lihat kebunku penuh dengan bunga,  ada yang merah dan ada yang putih.
Setiap hari kusiram semua, mawar melati semuanya indah.
Syalalala…. Syalalalala…
Suara merdu terdengar keluar dari bibir mungil Rani. Ia menyiram bunga-bunga seraya bernyanyi. Tak lama kemudian Rara sudah muncul di hadapannya.
“ Ehh Rara, kamu ngagetin aja datang kok ga bilang-bilang” kata Rani
“ Yee kamu kenapa sih, kok aneh banget nyanyi-nyanyi sama bunga” kata Rara
“ Aku tuh ga aneh, tapi aku seneng lihat taman bungaku yang indah” kata Rani
“ Ahh terserah deh. Sekarang kita main apa nih?” tanya Rara
“Emm,, main cari harta karun aja yuk!” ajak Rani
“ Ya udah ayo…” Kata Rara
Mereka pun berpencar mencari barang-barang yang unik. Ada uang koin Rp 50, ada sisir patah, ada yang menemukan kodok, dll. Tak lama kemudian Rara menemukan lubang di ujung taman.
“ Eh Ran, sini deh. Ini lubang bekas apa?”  teriak Rara
“ Apaan Ra??” Rani menghampiri Rara
“ Lihat deh lubangnya kaya gua” kata Rara
“ Ahh kamu lebay deh, aku kira apaan. Paling bekas ayahku” kata Rani
“ Tapi kalo di cerita Conan, ini tuh misteri dan harus dipecahkan”  kata Rara
“ Ahh kamu tuh Conan terus deh,,” kata Rani
“ Ehh kita coba masuk yuk, kayanya muat deh” ajak Rara
“ Enggak ahh, kan kotor” kata Rani
“ Ahh payah banget sih, nggak apa-apa kotor sedikit” kata Rara
Karena terus-terusan dipaksa Rara, Rani pun mengikuti keinginan sahabatnya.
“ Ya udah ayo!” kata Rani
Mereka berdua masuk ke dalam lubang itu, namun tiba-tiba cahaya terang menyilaukan mata mereka.
“ Arrgghhhh….” Teriak mereka berdua
___SSS___
Tiba-tiba mereka berdua sudah berada di sebuah hutan yang tidak mereka kenal. Awalnya mereka kebingungan dan ketakutan. Namun lambat laun mereka menyingkirkan sedikit perasaan tersebut dan berubah menjadi rasa penasaran.
“ Ehh kok kita bisa sampe sini sih?” Tanya Rani
“ Aku juga ga tau nih” kata Rara
“ Trus gimana dong? Pasti orangtua kita mencari.” Panic Rani
“ Ya udah kita lihat-lihat aja siapa tau ada jalan untuk balik ke rumah” kata Rara
Mereka pun berjalan mengelilingi hutan tersebut, berputar-putar mencari jalan keluar, namun mereka tidak menemukannya. Rasa dahaga menyerang kerongkongan mereka berdua. Namun mereka berusaha menahannya. Tiba-tiba mereka melihat kilauan air di ujung jalan itu.
“ Ehh itu air bukan?” kata Rani
“ Ga tau, bisa jadi itu cuma halusinasi aja, aku udah mati kehausan nih” kata Rara
“ Kita lihat aja yuk, jalan kesana sedikit siapa tau itu air!” kata Rani
Mereka pun  berjalan kearah kilauan yang mereka lihat. Sesampainya disana mereka berdua segera berlari, mereka berteriak kegirangan karena kilauan itu memang air. Mereka segera menghilangkan rasa dahaga yang ada. Air itu terasa sangat dingin, menghapus kelelahan. Mereka pun membasuhkan air tersebut ke wajahnya. Memberikan kesegaran dan tenaga baru bagi keduanya.
Setelah tenaga mereka kembali, mereka melanjutkan perjalanan panjang tadi. Tiba-tiba mereka terdiam membisu, melihat pemandangan di hadapannya.
“ Indah sekali barisan pohon-pohon itu! Berbaris rapi bagaikan hamparan karpet hijau di istana” kata Rani
Rara tak dapat berkata karena baru saat ini ia melihat hamparan pohon-pohon yang begitu indah dipandang mata.
“ Iya” jawab Rara singkat
Di dekat situ ada gubug kecil, mereka berdua beristirahat di gubug tersebut. Perjalanan yang mereka jalani membuat mereka didera rasa kelelahan yang sangat, ditambah angin sepoi-sepoi membelai mereka sehingga  tertidur dalam keindahan alam.
___SSS___
3 jam kemudian
Tak terasa sudah 3 jam mereka tertidur di gubug itu. Matahari sudah menghilang di ufuk barat, berganti dengan bulan. Malam gelap menyelimuti bumi, ketika mereka terbangun sekeliling mereka sudah gelap. Perut mereka berbunyi minta diisi, akhirnya Rara membuat api sebagai penerang di tengah kegelapan. Rara adalah anggota pramuka di sekolah. Sedangkan Rani mencari buah-buahan untuk mengisi perut. Mereka berdua berniat untuk tidur di gubug itu dan melanjutkan perjalanan mencari jalan keluar esok harinya.
Setelah mereka mendapatkan buah-buahan, mereka segera mengisi perut mereka. Dengan lahap mereka memakan buah-buah itu.
“ Wah untung ada pohon ya. Jadi, kita bisa makan buah-buah segar ini” kata Rara
“ Makanya kamu harus menjaga pohon-pohon ini” jawab Rani
Malam semakin larut, matahari telah hilang berganti bulan. Kegelapan menyelimuti keadaan tersebut. Rasa kantuk dan lelah menghinggapi mereka berdua. Setelah cukup mengisi perut mereka tertidur.
___SSS___
Matahari pagi muncul malu-malu, nyanyian merdu burung-burung berkicau. Tiba-tiba mereka berdua terbangun karena suara mesin yang keras.
“ Suara apa itu??” Tanya Rara
Mereka berdua keluar dari gubug kecil tersebut. Ketika mereka sampai diluar, sepatah kata pun tak dapat keluar dari bibir keduanya. Pandangan kaget, shock, bingung bercampur padu menjadi satu. Apa yang terjadi di hadapan mereka adalah nyata bukan sebuah fatamorgana. Ternyata keindahan pepohonan yang baru saja mereka lihat kemarin sudah menghilang satu persatu. Terlihat serombongan pekerja dengan alat berat melenyapkan satu persatu pohon-pohon.
“ Apa yang mereka lakukan? Kita harus mencegahnya.” Kata Rani
“ Iya tapi apa yang harus kita lakukan?” tanya Rara
“ Heiii, kalian hentikan semua ini” suara lantang Rara kalah dengan suara alat-alat berat.
Dengan penuh kebeRanian Rara melangkah, dan kembali berteriak marah. Ia berubah 180 0 melihat kejadian tersebut. Rara berteriak marah meminta para pekerja menghentikan semua itu, para pekerja itu berhenti sejenak melihat yang Rara lakukan. Setelah itu mereka tertawa melecehkan dan melanjutkan pekerjaan itu. Rara dan Rani tak dapat berbuat apa-apa lagi, mereka hanya bisa memandang pohon-pohon satu persatu lenyap.
___SSS___
Pagi berganti siang, siang berganti sore. Para pekerja sudah berhenti bekerja. Mereka pun meninggalkan hutan tersebut. Rara dan Rani melihat seperempat hutan sudah habis, pohon-pohon lenyap tanpa sisa. Ketika mereka berdiri di hutan yang sudah gundul itu, tiba-tiba Rara berteriak.
“ Lihat!!! Ada rumah-rumah di bawah sana” teriak Rara
“ Iya benar, tapi jauh sekali ra” kata Rani
“ Kita harus kesana dan melaporkan pada polisi” kata Rara
“ Baiklah, kita harus berjuang” kata Rani
Mereka pun berjalan dengan segera karena matahari mulai bersembunyi di ufuk barat. Berjam-jam mereka berjalan di tengah kegelapan malam, untung pada saat itu bulan bersinar terang, sehingga mereka tidak buta jalan. Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah perkampungan kecil, yang sunyi senyap, para penduduk sudah terlelap dalam mimpinya. Mereka berdua berkeliling perkampungan berharap ada penduduk yang bangun dan mengizinkan mereka untuk bermalam. Tak lama kemudian doa mereka di dengar, ada dua orang hansip yang berjaga menegur  mereka dengan pandangan cuuriga.
“ Kalian berdua ngapain tengah malam berkeliaran” Tanya salah satunya
“ Begini pak kami tersasar, dan  kami tidak punya tempat untuk istirahat” jawab Rani polos
“ Kalian bukan maling kan?” Tanya mereka berdua
“ Benar pak kami bukan maling. Kami ini tersasar di hutan dan melihat perkampungan ini” jawab Rara
“ Ya sudah ayo ikut saya ke pak RT” kata  hansip itu
Akhirnya mereka pun mengikuti kedua hansip tersebut menuju sebuah rumah yang cukup mewah. Di depan  rumah itu tertulis
Text Box: Bpk. Harja Sanusi
Ketua RT 05 Desa Sutaharjo
 



 Nah sudah sampai di rumah Pak Harja” ucap salah satu hansip
Hansip itu mengetuk pintu rumah pak Harja. Tak lama kemudian Pak Harja membuka pintu dengan wajah mengantuk. Setelah meminta maaf, salah satu hansip menjelaskan kedatangannya. Akhirnya Pak Harja dapat menerima mereka berdua. Mereka pun dapat beristirahat di rumah tersebut.
___SSS___
Keesokan paginya, mereka terbangundan sadar bahwa mereka ada di rumah Pak Harja. Mereka berdua keluar dari kamar, dan disambut oleh istri Pak Harja.
“ Kalian sudah bangun, pasti lelah setelah tersasar” katanya ramah
“ Iya bu, terima kasih atas kesediaannya” kata Rani
“ Ya sudah ayo kita sarapan, ibu sudah menyiapkan” ajaknya
Mereka pun mengikuti ibu ke ruang makan, ternyata disana sudah ada Pak Harja, dan anak lelakinya yang seusia mereka. Mereka pun duduk di meja makan, suasana disana penuh kehangatan. Sambil makan mereka menceritakan kejadian yang sebenarnya, mulai dari mereka menemukan lubang hingga pohon-pohon yang ditebang liar. Awalnya keluarga tersebut ragu, tapi mendengar keseriusan mereka, akhirnya keluarga Pak Harjo percaya.
Setelah sarapan, Rara dan Rani mandi dan bersiap untuk ke kota. Mereka berdua akan melaporkan kejadian penebangan liar pada polisi. Diantar Rasya anak Pak Harjo mereka ke kota. Sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara seperlunya. Sampai di kota mereka menuju kantor polisi, disana mereka melaporkan seluruh kejadian di hutan. Polisi menyusun strategi, karena penebang itu sudah lama diincar, mereka adalah sindikat penjualan pohon ilegal.
___SSS___
Esok harinya polisi sudah bersembunyi di hutan, berpencar bersama Rani dan Rara. Tak lama kemudian suara alat berat terdengar. Ketika mereka ingin meruntuhkan pohon, polisi menghentikannya dengan cepat. Tertangkaplah tersangka tersebut, mereka mengakui dan melaporkan bos yang menyuruh mereka. Ternyata bos dari kasus ini adalah ketua RW di desa. Mereka ditangkap dan digiring ke dalam sel. Setelah hutan kosong, tinggal Rani dan Rara berdua disana memandang dengan perasaan lega. Jauh disana mereka melihat cahaya berpendar-pendar, mereka menghampirinya dan arrrgghhhhhhh mereka masuk ke dalam cahaya itu. Tiba-tiba mereka sudah berada di taman belakang rumah Rani. Berakhirlah perjalanan panjang mereka. Karena kejadian tersebut Rara kini menjadi ketua pecinta lingkungan,  mereka yang menyuarakan untuk penanaman pohon-pohon. Indahnya bumiku jika pohon-pohon hijau menghampar.

__SELESAI__

No comments:

Post a Comment