“Harapan?? Kamu bilang masih ada harapan? Cukup, aku sudah
lelah berharap padahal sesuatu itu tak pernah hadir. Kau bilang aku harus
berusaha dan berdoa? Tak henti aku berusaha dan berdoa. Hasilnya? KOSONG tanpa
hasil.”
Sendiri menyepi,
tenggelam dalam renungan
Ada apa aku, seakan ku
jauh dari ketenangan
Perlahan kucari
mengapa diriku hampa
-sendiri menyepi
Edcoustic-
Tak tahan aku menghadapi ini semua. Apapun yang aku lakukan
terasa sia-sia. Aku Lara, hadir ke dunia dengan keadaan yang serba kurang. Kata
mereka aku harus terus berusaha dan berdoa. Tapi, aku sudah lelah, tak hentinya
aku lantunkan harapan dibarengi usaha tapi, tidak ada yang berubah. Kini, aku
harus mencari dana untuk membiayai ibu
yang harus dirawat di rumah sakit, ibu divonis terkena TBC. Tak heran aku,
rumahku sangatlah sempit, bahkan untuk membuat jendela sebagai tempat bertukar
udara saja tak mampu. Ya, begitu tidak adilnya kami yang miskin ditempa
penyakit yang mahal. Sedangkan mereka yang kaya raya tanpa penyakit bahkan
kekayaannya semakin bertambah. Apakah ini takdir kami?
Tenang aja, kan ada biaya dari pemerintah bagi mereka yang
kurang mampu. Senyumku mengembang lebar mendengarnya. Tapi, itu hanya mimpi
yang begitu tinggi berbeda dengan kenyataannya. Biaya tersebut digunakan untuk
membantu dompet mereka yang sudah penuh
dan semakin penuh. Inikah “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”?
Seperti yang tertuang dalam Pancasila sebagai dasar Negara? Keadilan yang
diberikan oleh Negara tehadap rakyatnya? Sungguh “ADIL” sekali.
Berapa banyak dari mereka yang melakukan puasa daud karena
tak punya uang untuk membeli makan? Berapa banyak anak kecil yang berkeliaran
di jalanan, demi mendapatkan sekoin receh? Berapa banyak mereka yang terlantar
di depan ruko-ruko hanya karena tak punya rumah untuk berteduh? Berapa banyak
dari mereka yang berharap akan kehidupan yang layak? Apakah kalian tau, dengar,
peduli? Wahai pemerintah, lihat, dengar, rasakan.
Hingga pada suatu hari, Lara tak sanggup menahan semua sesak
yang memenuhi rongga dadanya. Ia berteriak di depan gedung pemerintahan meminta
keadilan, apa yang ia dapatkan? HARAPAN.
Entah kapan harapan itu akan tercapai, Lara pun tak ingin
memikirkannya lagi. Kini, ia sudah tenang di alam sana. Perjuangan membuat ia
harus mempertaruhkan nyawanya untuk dirinya, keluarganya, dan sesama saudara
yang merasakan kepahitan itu. Kini, Lara sudah tiada, hanya doa yang ingin dia
persembahkan agar Islam kembali hidup di dunia. Membawa kesejahteraan di dunia
bagi seluruh manusia. Menegakkan kebenaran di atas kalimat Lailahailallah….
No comments:
Post a Comment