Welcome to Cerita Sobrina

Thursday, June 12, 2014

Lebihkan usaha di atas rata-rata

" Lebihkan usaha di atas rata-rata “ -Ahmad Fuadi-

Kalimat di atas aku dapatkan dalam sebuah seminar nasional “Muslim Go International, Assalamu’alaykum World”, yang kebetulan salah satu pembicaranya adalah Ahmad Fuadi, seorang penulis Best Seller trilogy Negeri  5 Menara. Dan ini menjadi cambukkan bagiku yang memulai langkah demi langkah kecil melakukan perubahan. Sama seperti sebuah kalimat cambukkan lainnya yang berbunyi :

“Jika ingin menjadi orang-orang yang luar biasa lakukan hal yang luar biasa bukan hal-hal yang biasa “

Menjadi sesuatu yang luar biasa itu harus mengorbankan hal-hal yang jauh lebih besar dari orang biasa. Berbeda itu belum tentu yang terbaik, namun yang terbaik pastilah berbeda. Dari beberapa kalimat cambukkan di atas akhirnya aku menyadari bahwa segala sesuatu yang kita inginkan membutuhkan pengorbanan yang harus digadaikan juga. Ketika kita ingin menjadi pembisnis maka kita harus mengorbankan uang jajan kita, mengorbankan waktu main kita, dan banyak hal yang harus ditukarkan. Karena, kesuksesan itu tidak di dapatkan secara gratis, harus ada nilai yang ditukar dengan sebuah kesuksesan.
Dari seminar nasional di atas, akhirnya aku menyimpulkan bahwa merancang sebuah mimpi itu jangan setengah-setengah, jangan gantungakan mimpi setinggi atap saja, namun gantungkan mimpi setinggi syurga, karena mimpi yang setinggi-tingginya akan membuat kita berusaha sebaik-baiknya. Jangan berfikir untuk menjadi sesuatu yang rata-rata, namun berfikirlah untuk menjadi sesuatu yang di atas rata-rata.
Contoh :
Jika rata-rata anak membaca 1 jam, maka lebihkan rata-rata anak tersebut hingga kita membaca 2 jam. Tapi jangan lebihkan rata-rata untuk hal-hal yang sifatnya sia-sia, misalnya melebihkan rata-rata bermain yang biasanya 2 jama menjadi 3 jam.
Karena kesuksesanmu akan terbentuk dari hasil kebiasaanmu. Salam  "Man jadda wa jadda" 

Pelajaran kehidupan #1

Hai rasanya blog ini sudah usang sekali. Perlu beberapa pembaharuan, namun waktuku belum luang untuk mengotak-atik blog ini. Hanya sempat menuliskan beberapa goresan kalimat, di sela-sela waktuku menunggu. Mungkin terlihat sok sibuk, namun beginilah adanya. Ku jeda sebentar waktuku untuk bersyukur kepada Sang Pemilik Jiwa, yang dengan KeagunganNya memberiku kesempatan untuk tetap bernapas, dan atas segala nikmatNya yang tak berkesudahan.

Sudah 10 bulan aku resmi menjadi bagian warga Solo, bukan karena aku berpindah tapi karena aku sedang berjuang mewujudkan satu persatu mimpiku yang belum tercoret. Tapi disinilah aku belajar banyak hal yang luar biasa, disini pula aku bertemu dengan banyak orang hebat yang mengajarkan mata kuliah kehidupan. Aku tinggal di kost putri seorang diri, bukan aku tidak mau bersosial dengan mengurung diri sendiri, hanya saja memang kost ku menetapkan satu kamar untuk satu orang. Jarak dari kost ke kampus lumayan jauh tapi masih terjangkau dengan berjalan kaki, jika temanku yang menggunakan motor bisa menempuhnya dengan 4 menit, mungkin aku menempuhnya 8 menit. Ya, aku memang tidak diberikan izin untuk mengendarai motor, hingga akhirnya aku harus berjalan kaki atau menumpang dengan temanku. Bukan karena aku nakal sehingga orang tuaku takut aku keluyuran, tapi karena kecintaan Buya yang sangat kepada anak gadisnya ini, sehingga buya takut terjadi sesuatu saat aku mengendarai motor. Berlebihan? Tidak, bagiku buya melakukan pencegahan sebelum terjadi sesuatu. Walaupun jujur saja, aku merasa sangat kesulitan untuk bepergian kemana-mana. Dalam kisah ini aku ingin berbagi hal yang akhirnya membuatku bersyukur atas scenario hidupku.
Aku harus mencari teman yang bisa aku tumpangi setiap berangkat kuliah. Dengan aku menumpang, aku lebih menghargai waktu, aku bersiap lebih awal dari orang lain, aku memulai start lebih dulu. Karena, aku tidak mau membuat orang menunggu, jika aku dijemput jam 10, aku akan siap sejak jam setengah 10. Kebiasaan yang aku lakukan ini akhirnya membuatku sadar bahwa setiap detik sangat berarti, ibarat pedang yang menebas setiap detik waktu yang sudah terlewat. Pada akhirnya aku menjadi disiplin, aku merasa gelisah saat aku tidak tepat waktu, aku merasa bersalah ketika aku harus ditunggu. Dan dari sinilah aku selalu membuat jadwal rutinku, aku terbiasa mengerjakan segala sesuatu dengan sigap tanpa mengulur-ulur waktu. Dan kelak, inilah yang akan menjadi titik awal kesuksesan. DISIPLIN dan MENGHARGAI WAKTU karena itu salah satu ciri muslim sejati. :)

Saturday, March 22, 2014

cinta sepucuk gunung

Aku seorang perempuan dengan segudang mimpi.
Aku seorang perempuan dengan berbagai perjuangan

Dan aku seorang perempuan dengan berjuta cerita.

Aku adalah aku, yang terlahir menjadi diriku dan akan berjuang untuk keluargaku, agamaku, lingkunganku, dan tentunya diriku.
Aku selalu merasa tak ada apa-apanya jika bertemu dengan ciptaan-Nya.
Aku sangat suka mendaki gunung. Melihat berjuta pesona keindahan, yang terpancar alami dari ciptaan sang Illahi. Aku selalu merasa menjadi seorang tuan putri, yang berdiri di atas kerajaan yang indah. Kemudian, aku melihat rakyat-rakyatku yang sejahtera. Ya, itulah yang aku rasakan ketika aku berada di gunung.

Ketika aku berada di puncak gunung rasanya aku dapat melihat seluruh dunia ini. Aku tidak pernah merasakan keindahan yang luar biasa ini. Seluruh penatku, masalahku, amarahku, seakan terbang bersama hembusan angin dingin yang berhembus membawa semua duka ku.


Golden Sunrise Sikunir



Im a princess



Antara Pemimpin dan Sistemnya

Pesta besar di Indonesia akan kembali menyemaraki Indonesia.
Pemilihan Presiden dan legislatif akan diadakan.
Semua sudah berlomba-lomba untuk menunjukan kompetensi nya untuk menjadi pemimpin Indonesia.
Dimana-mana sudah tertempel poster, pamflet, dan segala hal yang mendukung kampanye pemilu.
Bukan hanya Indonesia yang memilih namun di kampusku pun akan mengadakan pemilihan Presiden Mahasiswa dan calonnya. Semua kandidat sudah menunjukkan kemampuannya menjadi seorang pemimpin yang layak dipilih. Tapi siapakah ia yang layak itu? Entahlah, aku pun tidak tahu.

Harus diakui bahwa kursi pemerintahan adalah kursi yang sangat menggiurkan. Memiliki posisi dan mengatur negara adalah suatu keistimewaan yang tidak semua orang dapatkan. Apalagi, untuk seorang petani yang hidupnya pas-pas an. Saat ini semua orang berlomba-lomba untuk menduduki kursi kepemimpinan, bak seorang raja yang duduk di tahta kerajaan. Padahal, tugas menjadi seorang pemimpin negara sangatlah berat. Menjamin kesejahteraan rakyat, berlaku adil pada seluruh rakyat, dan kewajiban lainnya yang harus ia laksanakkan. ditambah lagi dengan tanggung jawab yang akan ia laporkan kelak pada hari akhir. Sungguh aku tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya ia mempertanggungjawabkan semua itu.

Pernah aku membaca sebuah tulisan pendek, " Yang harus diganti itu bukan hanya pemimpinnya, namun sistemnya juga". Kembali aku mengingat sebuah kalimat yang tak asing bagiku. " Kebaikan yang tidak terorganisir, akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir". Bagiku, pemimpin yang baik pun akan kalah jika sistem yang ada saat ini tidak baik namun terorganisir dengan sempurna. Banyak sekali pemimpin yang niatnya memang benar-benar lurus, namun karena keadaan sekelilingnya tidak mendukung ia terbawa oleh keadaan tersebut. Ibaratkan saja dengan sepotong kue yang sangat lezat, namun diletakkan diatas tutp sampah yang kotor. Begitulah keadaan saat ini, walaupun kue itu nampak lezat, namun wadahnya kotor. Sama halnya dengan mencuci baju putih, di air yang berlumpur.

Inilah mengapa pada akhirnya suatu sistem yang terorganisir dapat mempengaruhi pemimpin yang menggerakannya. Tinggal seperti apakah sistem itu, apakah itu sistem yang benar atau sebaliknya.

Monday, February 24, 2014

" Sekumpulan angin yang berbisik di antara kopak sepasang merpati juga nyanyianmistis tetes hujan saat pertunangan kupu-kupu. jika pernah kau mendengarnya, maka begitulah aku padamu" 
-Assalamualaikum Beijing-
     "Tak ku pedulikan luka dan impian, sebab menemukan-Mu adalah tujuan"

Thursday, January 2, 2014

welcome to my new world

Ketika mimpimu belum tercapai, maka usahamu, istiqomahmu, kesabaranmu diuji.
Hampir 4 bulan sudah aku resmi menjadi mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta, dengan jurusan fisioterapi. Kenapa harus fisioterapi? Yah, karena aku memiliki sedikit basic di bidang tersebut, walaupun pada dasarnya aku bertekad kuat untuk menjadi seorang dokter. Dari kegagalan aku memasuki kedokteran dan jatuh ke dalam lembah fisioterapi, (*ehh) aku mulai berfikir banyak hal yang membuatku semakin dewasa.
Terkadang apa yang kamu inginkan, tidak semua nya tercapai. Ada hal yang terbaik bagimu, yang memang menurutmu itu tidak baik, tapi bagi Sang Pemilik Jiwa itu adalah yang terbaik bagimu. Terkadang aku mengeluh dengan keadaan yang aku miliki, atas usaha yang belum maksimal sehingga aku tidak bisa meraih cita-citaku, dan segala sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana. Dan disinilah keyakinanku diuji, seberapa besar usaha dan keyakinanku yang telah ku kerahkan.
Namun, dari kegagalan yang ku alami banyak proses pendewasaan yang membuatku harus mengerti. Aku berada di antara usaha dan takdir, jika hukum newton mengatakan aksi=reaksi atau biasa di interpretasikan usaha=hasil. Bagiku usaha=proses hasilnya merupakan bonus. Bagaikan menyerahkan proposal, sebagai bentuk usaha mendapatkan dana kita akan mempromosiikan proposal kita, diterima atau tidaknya proposal tersebut itu keputusan pihak sponsor. Aku menyerahkan list mimpiku, berusaha melakukan yang terbaik agar proposal mimpiku diterima, keputusan terwujud atau tidak mimpiku itu adalah hak Allah.
4 bulan bukanlah waktu yang sebentar. Bagi aku yang awalnya bertekad menjadi seorang dokter, dan mungkin hingga detik ini mimpiku masih mengambang di depan keningku. Tapi, di tempat inilah aku belajar untuk bersyukur, dengan bekal yang sudah aku dapatkan dari jenjang pendidikanku sebelumnya. Bekal yang sungguh bermanfaat dan membuatku yakin untuk meraih masa depanku, dengan jalan lain yang mungkin saja sebagai fisioterapis.
Aku berada di dalam kelas Fisioterapi S1 A, dengan 40 orang mahasiswa dari berbagai daerah. Sudah bukan hal asing bagiku, karena semasa SMA aku sudah mengenal perbedaan daerah. Aku di kelilingi teman-teman yang saling mendukung, sama-sama mendukung untuk meraih mimpi, teman-teman yang antusias, mau berbagi, dan rela aku buat repot dengan aku nebeng. Yah, aku memang tidak diizinkan bawa kendaraan (motor), dengan banyak alasan. Sehingga mau tidak mau sesekali bahkan berulang kali aku harus membuat repot teman-temanku.
Selain itu aku pun memiliki banyak keluarga baru lainnya. Himpunan Mahasiswa Program studi (HMP) Fisioterapi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK, dan LPM Ibnu Sina (Lembaga Pers), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan ORMAWA lainnya mereka merupakan keluargaku di tempat ini.
Aku memulai langkah di tempat ini dengan suatu keputusan berat, meninggalkan keluargaku, kenyamanan rumah yang sudah ku tinggalkan sejak 3 tahun lalu, dan memutuskan mimpiku sebagai dokter. Dan di tempat ini aku memulai untuk merajut mimpi baruku. Aku akan berdiri sekokoh karang di lautan, menghadapi hantaman  ombak nan kuat. Membawa jutaan kerlip bintang yang satu per satu akan ku berikan pada mereka yang ku cinta.

Bagiku apa yang sudah aku berikan untuk Allah, keluargaku, agamaku, teman-temanku, dan orang-orang di sekitarku?